Oleh:
IDRIS APANDI
Pemerintah melalui Kemdikbud saat ini tengah menggalakkan Gerakan Literasi. Sasaran gerakan ini adalah semua lapisan masyarakat mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat secara umum. Pemerintah berharap semua elemen masyarakat tersebut bersatu, bergerak, dan membentuk sebuah sebuah ekosistem untuk memajukan budaya literasi di Indonesia.
Literasi di sini bukan hanya identik dengan baca dan tulis, tetapi juga literasi media, literasi budaya, literasi teknologi, literasi keuangan, dan sebagainya. Intinya, setiap masyarakat dapat melek literasi sebagai modal untuk menjadi manusia yang maju, modern, dan berperadaban.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia tertinggal dalam hal literasi. Walau demikian, bukan hal yang terlambat mana kala Indonesia saat ini menggelorakan Gerakan Literasi, bahkan gerakan ini harus dilakukan dengan sangat masif untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa lain.
Geliat dan hingar bingar gerakan literasi sudah mulai terasa di sekolah-sekolah. Antara lain dengan adanya pembiasaan membaca buku non pelajaran selama 15 menit. Selain itu, juga dibentuk sudut-sudut baca (reading corner) di ruang kelas, optimalisasi perpustakaan sekolah, tantangan membaca (reading challenge),kegiatan membaca secara massal, membuat sinopsis buku yang telah dibaca, expo literasi, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut tergantung kepada kreativitas sekolah masing-masing.
Kegiatan literasi di sekolah biasanya dikelola oleh seorang atau beberapa guru yang memang memiliki kepedulian dan mampu mengelola gerakan ini dengan baik. Mereka adalah para pejuang literasi yang kadang dalam melaksanakan program tersebut dihadapkan pada berbagai kendala atau tantangan baik yang datang dari dalam sekolah sendiri maupun dari luar. Walau demikian, mereka tetap bekerja dan bergerak, karena niat mereka untuk membangun dan membumikan gerakan literasi di sekolah. Dan mereka telah jatuh cinta terhadap dunia literasi.
Penumbuhan Budi Pekerti
Gerakan literasi merupakan bagian tidak terpisahkan dari gerakan penumbuhan budi pekerti. Menurut Saya, ada tujuh nilai budi pekerti yang dapat diambil dari kegiatan literasi, antara lain: Pertama, rasa ingin tahu.Orang yang membaca buku memiliki rasa ingin tahu tentang masalah yang ingin diketahuinya. Bahkan bukan hanya dari buku, dia akan membaca dari sumber-sumber lain, bertanya atau berdiskusi dengan yang orang lain yang dia anggap dapat memberi tahu. Sebagai orang yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dia haus akan informasi dan ilmu, serta tidak malu bertanya. Dalam pribahasa sunda dikenal istilah bodo aléwoh yang artinya mau bertanya kepada siapapun orang yang dinilainya lebih tahu. Orang yang yang banyak baca dan banyak tanya tentunya akan menjelma menjadi manusia yang awalnya serba tidak tahu menjadi serba tahu.
Kedua, mental ingin maju.Orang yang rajin membaca tentunya memiliki cita-cita atau keinginan agar dirinya maju atau kualitas hidupnya meningkat. Para pengusaha mendapatkan ilmu tentang kesuksesan disamping mengikuti seminar atau pelatihan bisnis, juga dia sering membaca buku-buku tentang marketing yang efektif. Dan hasilnya, banyak diantara mereka yang pada awalnya usahanya terpuruk dan jatuh bangkrut, tetapi setelah membaca buku-buku tips dan motivasi sukses dari para pengusaha sukses, dia berhasil bangkit dan meraih kesuksesan.
Ketiga, berpikir kritis dan analitis.Orang yang banyak membaca akan memiliki kemampuan berpikir kritis dibandingkan dengan orang yang tidak membaca. Kemampuan analisisnya pun kian terasah. Setiap kata dan kalimat yang dibacanya mendorongnya untuk terus berpikir dan menganalisis. Tidak jarang ide menulis muncul ketika dia sedang atau setelah membaca buku. Dengan kata lain, aktivitas membaca buku membuat otaknya terus bekerja dan menghasilkan pemikiran-pemikiran baru.
Keempat, keinginan untuk berbagi.Setelah membaca buku, tentunya seseorang mendapatkan ilmu, dan ilmu tersebut akan semakin bermanfaat jika dibagikan kepada orang lain. Baginya, ilmu yang dibagikan kepada orang lain akan semakin menambah kebermanfaatan dan keberkahan. Ada nilai ibadah dan kepuasan dari ilmu yang dibagikan kepada orang lain.
Kelima, disiplin.Orang yang membaca buku tentunya akan disiplin menyempatkan waktu untuk membaca. Sesibuk apapun, dia akan pandai mengatur waktu untuk membaca. Baginya, membaca adalah sebuah kebutuhan sekaligus kewajiban yang harus ditunaikan. Orang yang rajin membaca biasanya memiliki target bacaan yang harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu. Jika dalam satu hari dia terlewat tidak membaca, maka dia akan “membayar” hutang bacaan pada hari berikutnya. Dengan membiasakan membaca, maka hidupnya akan teratur.
Keenam, kerja keras.Orang yang membaca tentunya membutuhkan kerja keras untuk melakukannya. Membaca memang bisa menggunaan metode cepat (skimming) atau metode lambat, atau membaca lembar-lembar per lembar. Untuk mengetahui gambaran umum atau bagian tertentu dari buku, apalagi waktu yang terbatas bisa dilakukan melalui skimming,tetapi jika ingin memahami secara mendalam, maka dia harus membaca lembar demi lembar, bahkan harus mengulang-ulang membacanya. Cara membaca seperti itu, tentunya memerlukan waktu dan energi yang banyak.
Ketujuh, bersyukur.Aktivitas membaca tentunya membutuhkan kesehatan yang prima. Orang yang sakit akan kurang bersemangat atau mungkin sama sekali tidak mau membaca. Boro-boro membaca, yang ada adalah tentunya ingin istirahat atau menghabiskan waktu di tempat tidur. Oleh karena itu, aktivitas membaca adalah sebagai bentuk rasa syukur kita terhadap nikmat sehat yang dianugerahkan Allah SWT. Semakin banyak membaca, maka insya Allah tingkat rasa syukur pun akan semakin meningkat. Dan ketika seorang manusia banyak bersyukur, niscaya Allah akan menambah nikmatnya, antara lain badannya semakin bugar, atau matanya semakin sehat. Banyak orang tua yang belum menggunakan kaca mata justru karena matanya digunakan untuk membaca.
Berdasarkan kepada uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas membaca bukan hanya membuka demi lembar buku, atau hanya mendapatkan ilmu saja, tetapi ada sekian banyak pelajaran yang dapat diambil. Membaca dapat membentuk karakter atau menumbuhkan budi pekerti seorang manusia. Oleh karena itu, sudah waktunya membaca menjadi kebutuhan, kebiasaan, dan gaya hidup masyarakat.
Aktivitas membaca mampu membentuk individu dan masyarakat yang haus akan ilmu pengetahuan, menghargai ilmu pengetahuan, dan ingin menyebarkan ilmu pengetahuan. Efek-efek positif seperti ini diharapkan muncul dan tumbuh subur dalam kehidupan mastarakat kita. Aktivitas membaca pun akan melahirkan manusia-manusia pembelajar, manusia pemikir, manusia peneliti, dan manusia pelaku perubahan. Ayo giatkan membaca untuk hidup yang lebih baik.
Penulis, Widyaiswara LPMP Jawa Barat, Pegiat Literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H