Di samping diterbitkan regulasi, juga sarana dan prasarananya juga disediakan. Misalnya, selain di sekolah, sudut-sudut baca juga didirikan di tempat-tempat umum seperti terminal, bandara, pelabuhan, pasar, mall, rumah makan, rumah sakit, kereta api, bis, kapal laut, dan pesawat terbang. Sambil melengkapi sarananya, manusia-manusianya juga perlu diberikan edukasi agar mau membaca, diberikan penyadaran tentang pentingnya membaca, dan dibiasakan membaca.
Politik Perbukuan
Gerakan literasi juga perlu didukung oleh politik perbukuan. Salah satu alasan orang Indonesia malas membeli buku adalah harga buku yang mahal, walau kadang sifat mahal tersebut relatif, hilangkan pajak buku, dan semakin sering menyelenggarakan pameran buku agar masyarakat antusias membeli buku karena biasanya suka ada diskon pada saat pameran.
Saya berharap bahwa gerakan literasi bukan hanya sebuah gerakan ceremonial, yang semarak pada saat dilaunching,tetapi setelah itu mati suri, tetapi memang benar-benar dijalankan dan didukung oleh para pemangku kepentingan. Gerakan literasi adalah sebuah perjuangan memerdekaan pola pikir manusia dari keterbelakangan. Oleh karena itu, saatnya katakan literasi atau mati...!!!
Penulis, Widyaswara LPMP Jawa Barat, Pegiat Literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H