Masjid juga menjadi ikon sebuah daerah atau menjadi tempat wisata rohani. Misalnya masjid-masjid peninggalan para Wali Songo, masjid raya Jawa Barat di Alun-alun kota Bandung, masjid istiqlal di Jakarta, masjid kubah emas di Depok, dan masjid-masjid bersejarah atau megah lainnya.
Untuk mendirikan masjid, umat Islam rela berpanas-panas di jalan “menjaring” sumbangan, atau mengedarkan proposal pembangunan ke berbagai berbagai instansi dan lembaga-lembaga amal. Semangat mereka sangat luar biasa. Tetapi kadang, bagi pengumpul sumbangan nakal, proposal pembangunan masjid digunakan untuk keuntungan pribadi atau kelompok.
Biasanya mereka datang berkelompok dengan menggunakan mobil disertai pengeras suara, mereka datang menghampiri toko, rumah, atau pengguna jalan membawa kotak amal. Modus itu sudah banyak terkuak, tetapi masih banyak saja yang melakukannya.
Semangat umat Islam yang tinggi dalam mendirikan masjid, mushalla, atau surau, sayangnya kurang diimbangi dengan semangat untuk memakmurkannya. Di lingkungan masyarakat banyak dijumpai mesjid, mushalla, atau surau yang sepi dari aktivitas ibadah.
Kalau pun ada aktivitas ibadah, kebanyakan yang masuk masjid adalah orang tua dan manula, sementara remaja dan pemuda jarang masuk ke masjid. Mereka lebih asyik nongkrong di jalan atau tempat lainnya.
Anak-anak yang mau ikut ke masjid kadang dilarang atau dimarahi oleh orang tuanya karena suka membuat keributan, atau anak-anak takut masuk ke masjid karena ditakut-takuti ada penampakan makhluk ghaib. Akibatnya anak-anak semakin jauh dari masjid.
Sepinya aktivitas di masjid membuat sejumlah pemimpin berpikir kreatif agar aktivitas ibadah di masjid kembali hidup. Antara lain, mengiming-imingi dengan hadiah atau doorprize bagi warga yang melaksanakan shalat berjamaah di masjid.
Sepintas, memang cara tersebut dinilai kurang etis karena dapat mengganggu keikhlasan seseorang dalam beribadah, tetapi realitanya, manusia memang banyak yang bermental pragmatis.
Pahala 27 derajat belum ampuh menarik minat umat Islam untuk shalat berjamaah di masjid, harus ada-ada 'pahala' yang lebih konkrit seperti hadiah atau doorprize.
Semoga ke depan kualitas keimanan umat Islam semakin baik, dapat memakmurkan masjid, dan melaksanakan ibadah dasar keimanan dan keihlasan, bukan karena iming-iming hadiah atau doorprize. Aamiin Yra...
Oleh:
IDRIS APANDI
Penulis, Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat, Pemerhati Sosial