Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan Kasus Yuyun untuk Mendikbud

6 Mei 2016   08:58 Diperbarui: 6 Mei 2016   09:02 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk megantisipasi kasus-kasus kekerasan terhadap anak seperti yang menimpa Yuyun, Kemendikbud telah menyosialisasikan sekolah ramah anak dan sekolah aman, tetapi, pada kenyataannya, kekerasan terhadap anak masih saja terjadi. Belum semua orang tua, sekolah, dan masyarakat mengetahui dan menyadari pentingnya rasa aman bagi anak-anak dalam belajar, apalagi di daerah pelosok seperti tempat tinggal Yuyun.

Kemendikbud sering dititipi “kurikulum” dari kementerian atau lembaga yang lain, misalnya, kurikulum pendidikan antikorupsi, pendidikan lalu lintas, pendidikan berbasis gender, pendidikan HAM, pendidikan lingkungan hidup, pendidikan kewirausahaan, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan besarnya harapan berbagai pihak kepada dunia pendidikan dalam membangun sumber daya manusia, membentuk karater, serta mengembalikan bangsa Indonesia kepada jati dirinya.

Masalahnya, saat ini terjadi kesenjangan dalam mendidik anak. Tanggung jawab pendidikan seolah diserahkan sepenuhnya diserahkan kepada sekolah. Sekolah seolah dibiarkan berjalan sendiri dalam mendidik anak-anak bangsa, sementara orang tua dan masyarakat kurang peduli bahkan mengabaikannya.

Jika ada siswa yang bermasalah, maka sekolah menjadi pihak tertuduh, pihak yang dianggap paling bertanggung jawab, padahal masalah yang dihadapi oleh  siswa termasuk tindak kekerasan tidak berdiri sendiri. Di situ ada dampak media yang menayangkan tayangan-tayangan “sampah”, game kekerasan, peredaran miras dan narkoba yang sudah menyusup kepada para pelajar, ada situs pornografi yang semakin mudah diakses. Hilang satu tumbuh seribu, sudah banyak situs pornografi diblokir pemerintah, tetapi dengan cepat muncul kembali situs-situs baru. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama semua pihak terkait untuk menyelesaikan persoalan ini.

Kurikulum 2013 yang menjadikan sikap sebagai fondasi dalam menyangga pengetahuan dan keterampilan sudah merupakan hal yang tepat, tinggal para pendidik melakukannya dengan sepenuh hati ditambah dukungan dari orang tua dan masyarakat. Indonesia tidak kekurangan orang pintar, tapi kekurangan orang jujur. Tanpa kejujuran, orang pintar justru banyak menipu, memanipulasi, korupsi, dan arogan. Tahanan KPK saat ini banyak dihuni oleh orang-orang pintar yang tidak jujur. Oleh karena itu, pembentukan sikap, karakter, mentalitas menjadi hal yang penting dalam dunia pendidikan kita saat ini.

Kasus Yuyun merupakan puncak gunung es dari kasus-kasus kekerasan yang terjadi kepada anak-anak dan masyarakat pada umumnya. Masih banyak kasus-kasus yang tidak terkuak dan tidak diberitakan oleh media. Bukan hanya di tempat tinggal Yuyun, tapi juga di tempat-tempat lainnya. Perlu kepedulian semua pihak untuk mengantisipasi kasus-kasus serupa terjadi.

Cukuplah kasus Yuyun menjadi kasus yang terakhir terjadi. Jangan ada Yuyun-Yuyun berikutnya yang masa depannya terenggut. Kasus Yuyun harus menjadi refleksi bagi semua pihak. Keluarga, masyarakat, aparat kepolisian, lembaga pendidikan, dan masyarakat secara umum harus melakukan evaluasi dan introspeksi diri.

Dalam konteks pendidikan, krisis karakter saat ini adalah tantangan besar yang dihadapi oleh dunia pendidikan. Walaupun berbagai upaya membenahi dunia pendidikan telah dilakukan belum sepenuhnya membuahkan hasil, hal ini bukan berarti kita menjadi patah semangat, tetapi harus menjadikan para pendidik untuk semakin bekerja keras melaksanakan perannya mencerdaskan kehidupan bangsa.

Penulis, Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun