Pesan budaya dari jembatan tersebut adalah pentingnya menjaga silaturahmi dan gotong royong antar sesama manusia. Jembatan akar tersebut menjadi saksi bisu hubungan silaturahmi masyarakat antar dua kampung dari generasi ke generasi. Kokohnya silaturahmi diharapkan seperti kokohnya akar-akar yang membentuk jembatan akar. Warga Pesisir Selatan yang mayoritas beragam Islam tentu menyadari bahwa silaturahmi dapat memanjangkan umur, mendatangkan rezeki, dan merekatkan persaudaraan.
Sedangkan pesan pendidikan dari jembatan tersebut adalah bentuk perhatian dan dedikasi dari seorang Pakiah Sokan, ulama setempat tentang pentingnya pendidikan, utamanya pendidikan agama saat itu. Pakiah tidak ingin warga kedua kampung tersebut buta huruf Al-Qur’an dan ilmu agama lainnya.
Jika dikaitkan dengan kondisi saat ini, tentunya anak-anak dari kedua kampung tersebut bukan hanya diharapkan serius menuntut ilmu agama, juga menuntut ilmu umum sebagai sebagai bekal untuk hidupnya. Saya tidak tahu banyak tentang sejarah hidup Pakiah Sokan, tapi  dari jembatan akar yang dibuatnya, Saya berpendapat bahwa Beliau adalah sosok pejuang sekaligus pahlawan pendidikan bagi warga setempat. Nilai-nilai kejuangan dari sosok Pakiah Sokan harus dilestarikan oleh insan-insan pendidikan seperti pentingnya melestarikan jembatan akar yang merupakan icon wilayah setempat.
Penulis, Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat.
Oleh:Â IDRIS APANDI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H