[caption caption="Guru abad 21 harus melek terhadap informasi, media, dan teknologi. (Gambar : http://www.kubiktraining.com/)"][/caption]
Abad 21 adalah abad teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi tumbuh, berkembang, dan menyebar dengan sangat cepat. Abad 21 juga ditandai dengan adanya globalisasi. Berita dan informasi dalam hitungan detik dapat menyebar dan diketahui oleh penduduk bumi. Dalam konteks informasi dan komunikasi, batas-batas negara sudah semakin tidak jelas bahkan hampir dikatakan tidak ada. Orang-orang bisa dengan mudah terhubung, berkomunikasi, bersosialisasi, dan berinteraksi melalui beragam media sosial yang pertumbuhan penggunanya semakin meningkat.
. Ratusan negara yang ada di dunia ini menjelma menjadi semacam desa global (global village), dan warga dunia pun berubah menjadi warga global (global citizen). Manusia yang lahir dan hidup di abad 21 menjelma menjadi “manusia-manusia digital”, yaitu manusia yang akrab dengan perangkat teknologi, informasi, dan komunikasi. Balita saja sudah mengenal dan akrab menggunakan laptop, tablet, smartphone. Orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya, bahkan menjadikan gadget sebagai atau untuk membuat anaknya tidak rewel, supaya asyik main gadget, dan tidak menganggu orang tuanya. Dampak dari bermain gadget, banyak orang asyik berselancar di dunia maya, dan kurang peduli terhadap lingkungan sekitarnya.
Kompetensi Manusia Abad 21
Manusia abad 21 dituntut memiliki sejumlah kemampuan, antara lain: pertama, mengembangkan karir dan kemampuan dalam bertahan hidup (Life and carrer Skill) yang meliputi sikap fleksibel dan adaptif, berinisiatif dan mendiri, dan memiliki keterampilan sosial dan beradaptasi dengan budaya, dan produktif dan akuntabel.
Kedua, memiliki kemampuan untuk belajar dan berinovasi (Learning and innovation skill) yang meliputi kreativitas dan inovasi, berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah, dan mampu berkomunikasi serta berkolaborasi. Dan ketiga, melek informasi, media, dan teknologi (Information, media, and technology) supaya tidak ketinggalan zaman, dan supaya tidak kalah bersaing di tengah persaingan yang semakin ketat. Saat ini, salah satu kunci kesuksesan seseorang adalah jika mampu melek atau menguasai informasi, media, dan teknologi.
Keterampilan abad ke-21 yang perlu diberikan kepada siswa harus bersifat interdisipliner, terintegrasi, berbasis proyek, hingga mengaplikasikan keterampilan terbaik untuk bertahan hidup. Tony Wagner dalam bukunya Global Achievement Gap menyatakan bahwa ada tujuh keterampilan utama yang wajib siswa kuasai agar bertahan hidup dan beradaptasi dengan perubahan, yaitu: (1) Terampil berpikir kritis dan memecahkan masalah, (2) Kolaborasi berbasis jaringan dan memimpin dengan pengaruh, (3) Mampu mengubah arah dan bergerak secara cepat dan efektif dan beradaptasi, (4) Memiliki daya inisiatif dan berkewirausahaan, (5) Bicara dan memiliki kemampuan menulis secara efektif, (6) Mengakses dan menganalisis informasi, dan (7) bersikap selalu ingin tahu dan berimajinasi.
Dalam konteks pendidikan, perkembangan IPTEK menjadi salah satu hal yang perlu mendapatkan perhatian. Artinya, pendidikan merupakan sarana penyebaran IPTEK, proses pembelajaran pun saat ini telah dituntut untuk mengoptimalkan perangkat Teknologi Komunikasi dan informasi (TIK). Saat ini selain belajar di kelas, pembelajaran pun dilakukan secara digital, online, dan teleconference. Selain itu, pendidikan pun harus mengantisipasi dampak dari IPTEK tersebut.
Dunia pendidikan saat ini dihadapkan pada tantangan pada masih rendahnya kompetensi guru yang notabene produk abad 20 dalam menggunakan perangkat TIK, khususnya guru-guru yang senior, yang telah mengabdi selama puluhan tahun. Jangankan menggunakan perangkat TIK paling mutakhir, mengoperasikan komputer atau laptop saja tidak bisa, sementara siswa-siswanya yang notabene generasi abadi 21 banyak yang mahir menggunakan perangkat TIK sehingga mengakibatkan kesenjangan kompetensi antara guru dan siswa.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka guru tidak boleh gagap teknologi atau gaptek. Guru harus mau belajar dan mengakses informasi dan teknologi, walau tentunya memerlukan waktu karena harus mau mengubah pola pikir (mind set), dan perlu waktu untuk beradatasi. Guru harus mau mengejar ketertinggalannya dalam kemampuan mengakses dan mengoperasikan perangkat IT. Guru abad 21 harus mampu menyajikan materi pelajaran dengan mengoptimalkan IT supaya lebih menarik.
Ketika siswa memiliki akun di media sosial, maka guru pun diupayakan memilikinya, dan berteman dengan siswa-siswanya. Hal ini dijadikan sebagai sarana komunikasi, penyebaran informasi, belajar, sekaligus mengawasi aktivitas anak-anak didiknya. Dalam berkomunikasi, generasi muda zaman sekarang banyak yang menggunakan bahasa-bahasa alay, bahasa sandi atau simbol. Oleh karena itu, guru juga jangan sampai ketinggalan, harus mengetahui atau memahami bahasa-bahasa tersebut, karena ada kalanya bahasa-bahasa tersebut berkaitan dengan bullying atau kekerasan, masalah seksual, penyalahgunaan narkotika, atau prositusi online sehingga jika guru mampu memahaminya, hal-hal negatif di kalangan siswa relatif bisa diantisipasi.
Penulis, Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat
Sumber Gambar:
http://www.kubiktraining.com/wp-content/uploads/2014/02/wordle-learning3.jpg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H