Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru dan Budaya Literasi

6 Januari 2016   17:44 Diperbarui: 6 Januari 2016   20:51 2410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir seluruh guru saat ini telah disertifikasi dan mendapatkan tunjangan profesi. Pemerintah mengharapkan agar guru memanfaatkan tunjangan profesinya untuk hal-hal yang bermanfaat, diantaranya untuk membeli buku atau sumber-sumber bacaan lain untuk menambah pengetahuannya. Setelah membeli buku, langkah berikutnya adalah harus mau membacanya, karena ada kalanya buku yang telah dibeli sekian tahun yang lalu hanya jadi pajangan di lemari atau bahkan segelnya pun belum dibuka.

Buku yang tidak dibaca tentunya akan kurang bermanfaat. Ibarat kita memiliki senjata tetapi tidak digunakan, dibiarkan begitu saja sehingga berkarat dan tidak dapat digunakan. Ada pribahasa “Buku adalah gudangnya ilmu, dan membaca adalah kuncinya.” Oleh karena itu, logikanya adalah bagaimana gudang tersebut bisa dibuka jika kuncinya tidak mau digunakan untuk membuka gudang tersebut?

Butuh kemauan, tekad, dan komitmen yang kuat agar kita mau membaca buku, karena banyak godaan dan tantangannya, utamanya adalah rasa malas. Rasa malas tersebut harus mau dikalahkan, jangan mau dijajah oleh rasa malas. Kemalasan adalah penghambat kemajuan.

Alasan lain yang sering dikemukakan adalah kesibukan. Jika memang banyak kesibukan, upayakan menyempatkan waktu 1-2 jam untuk membaca setelah pulang kerja atau pada waktu istirahat. Intinya adalah manajemen waktu. Pada masa penyesuaian, waktu tersebut mungkin akan terasa lama, karena digunakan untuk melakukan aktivitas yang kurang menyenangkan, tetapi jika dibiasakan, lambat laun akan terbiasa dan akan dapat menikmatinya. Orang yang telah “kecanduan” membaca, akan merasa ada sesuatu yang kurang manakala dia belum membaca pada hari itu. Kemana-kemana akan membaca bahan bacaan seperti masyarakat di Jepang atau Korea Selatan. Semoga seiring dengan tuntutan profesionalisme guru yang semakin tinggi, budaya literasi pun menjadi semakin berkembang di kalangan guru.

 

Penulis, Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat.

Sumber Gambar:

https://haidarism.files.wordpress.com/2014/02/digitalwordcloud.png?w=480&h=404

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun