Mohon tunggu...
Idris
Idris Mohon Tunggu... Guru - Hidup disayang mati dikenang

Sang Penembus Kabut

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nasib Dwi Ayu Darmawati di Tangan Netizen!

16 Desember 2024   18:00 Diperbarui: 17 Desember 2024   10:16 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dari media sosia. Sumber: Platform Media sosial X

"Duh"! Ekspresi kaget penulis yang baru saja mendengar nasib naas seorang kariyawati yang dihajar hingga berdarah oleh anak seorang bos roti si George Sugama Halim di salah satu toko tempat di mana ia bekerja.

Kasus ini baru viral setelah laporan korban tak kunjung digubris oleh satuan kepolisian polres Jakarta Timur, sejak dua bulan yang lalu. Diketahu dari informasi media nasional bahwa korban yang bernama Dwi Ayu Darmawati (DAD) telah melaporkan pelaku penganiyaan yang menimpa dirinya pada tanggal 17 Oktober 2024.

Pada kasus ini, penulis akan mengutarakan sikap keprihatinan penulis kepada si korban, kejengkelan penulis pada si pelaku, dan kekecewaan penulis pada pelayanan hukum kapolres Jakarta Timur yang masih lemot dalam menangani kasus yang masuk kategori serius ini.

Sebelum penulis  lanjutkan, agar tetap santai silakan SERUPUT KOPIMU. Yuk, kita mulai!

Sahabat kompasiana, sebulum penulis mengulas beberapa pandangan soal "Nasib Dwi Ayu Darmawati di Tangan Netizen!" penulis akan terlebih dahulu mengungkap kronoligi singkat soal penganiyaan yang terjadi pada Dwi Ayu Darmawati (korban).

Menurut kabar yang digali penulis, peristiwa ini terjadi pada 17, Oktober 2024. Kurang lebih sekitar pukul, 21:00 WIB. Ketika itu, para pegawai sedang fokus bekerja, tetiba datanglah Goerge masuk ke dalam toko lalu duduk di sofa yang tersedia di Toko. Kemudian George memesan makanan secara online, tak lama kemudia datanglah pesanannya, lalu seketika George meminta kepada salah satu kariyawati dalam hal ini Dwi selaku korban untuk mengantar pesanannya ke kamar pribadinya.

"Dia nyuruh saya seperti menyuruh seorang babu," uraian Dwi yang diunggah di media sosialnya.

Selanjutnya, permintaan itu pun ditolak oleh Dwi lantaran ia sedang mengerjakan pekerjaan lain yang memang tidak boleh ditunda-tunda sesuai arahan SOP yang berlaku. Adapun tentang cara penolakan Dwi soal permintaan tersebut yang berujung kemarahan si George sampai ngamuk-ngamuk, penulis kurang cukup sumber informasi untuk mengulasnya ke dalam utas ini.

Tapi Apapun cara penolakan yang digunakan Dwi saat menolak permintaan si Goerge, yang namanya tindakan sewenang-wenang atau main hakim sendiri itu tidak bisa dibenarkan secara hukum. Dan kita pahami saja, memang kalau seseorang yang merasa tajir, biasanya sifat arogansinya tinggi, apa lagi itu yang nolak adalah kariyawati yang bekerja di perusahaan orang tuanya, tentunya dia merasa "direndahkan" makanya tak heran mental bengisnya keluar dan murka menunjukan bahwa dia anak sang pengusaha di Perusahaan itu. Maka, tidak boleh satu orang pun yang menolak perintahnya. Begitu kira-kira.

Kembali pada kronologi, setelah penolakan terjadi, ngamuklah si Goerge dengan melempar kursi dan mesin EDC yang mengakibatkan Dwi terkena luka bocor di bagian kepalanya. Suasana panik lantaran tidak ada yang bisa melerai kemarahan si anak bos itu.

Kendati demikian, ada salah satu rekan kerja Dwi yang menengahi dan membawa Dwi keluar toko untuk segera melakukan pengobatan luka Dwi dengan membawanya ke tempat medis sekaligus melakukan visum.

Hal yang lebih menarik perhatian publik pada saat si anak bos itu ngamuk-ngamuk, ternyata dia juga melontarkan ocehan-ocehan yang bersifat merendahkan korban,

"Saya dikatain babu, orang miskin, dia merendahkan saya dan keluarga saya," urai Dwi, masih dalam media sosial.

Selain itu, Pelaku juga mengatakan bahwa dirinya kebal hukum. Dia tidak takut dilaporkan oleh orang miskin seperti korban.

"Orang miskin kaya lu mana bisa melaporkan gue ke polisi. Saya tuh kebal hukum" kata Dwi, dikutip salah satu simpatisan di media tiktok yang mengunggah video pelaku yang sedang menganiaya korban.

Setalah dari kerjadian peristiwa, korban pun langsung melaporkan penganiayaan tersebut ke satuan kepolisian polres Jakarta Timur, pada 17, Oktober 2024. Dengan menggunakan hasil visum yang terkena luka pada bagian tubuhnya.

Nah, beginilah kira-kira kronolgi singkat yang penulis telusuri dari berbagai sumber informasi yang penulis tahu.

Kembali pada headline soal "Nasib Dwi Ayu Darmawati di Tangan Netizen!"

Pertama penulis ingin menyampaikan keprihatinan yang mendalam kepada Dwi Ayu Darmawati. Semoga dari musibah besar yang dialaminya, terdapat berkah yang lebar untuk kehidupannya. Amin,

Penulis juga merasa haru terhadap sikap Dwi Ayu Darmawati yang telah berani melawan kezaliman, dengan melaporkan si pelaku ke pihak yang berwajib untuk meminta pertanggungjawaban secara hukum agar si pelaku mendapatkan pelajaran yang jera supaya tidak lagi berlaku sewenang-wenang pada orang lain.

Wejangan untuk Dwi,

"So many amazing opportunities arise when a chapter of our life ends. When we resign from a job that we weren't happy in, or even get fired, it's actually a blessing because a better experience is waiting to happen. It's all about perspective." -  Miya Yamanouchi

Tetap semangat Dwi!

Kedua, jujurli penulis sangat geram dan jengkel pada si Goerge telah berlaku kasar pada kariyawanya sendiri. Terlebih kariyawannya itu seorang perempuan yang harusnya tidak dia aniayanya sampe sebrutal itu.

Jika saja, sedikit dia mau berpikir pake otak dan mau merasa pake hati tentunya hal ini tidak sepatutnya terjadi. Karena walau gimanapun kariyawan dia adalah pundak yang menopang hasil kekayaan keluarganya. Ada istilah "Anda besar, karena adanya orang kecil"

Dan penulis juga merasa terheran-heran kenapa si anak bos bedebah itu minta makanannya diantarkan ke kamar pribadinya? Apakah dia punya niatan yang buruk (mesum) kepada kariyawannya? Tentu saja hanya dia dan Tuhan yang tahu.

Hemat penulis, jika pun dia minta diantarkan makanannya ke kamar pribadinya, kan bisa menyuruh pembantunya yang mana itu sudah perintah SOP, bukan malah menyuruh kariyawan tokonya yang sudah jelas sibuk dengan pekerjaan tokonya. Dan ini sama sekali tidak mencerminkan "The right man on the right job"

Tapi apapun itu, realitanya memang begini. Sikap orang yang beruang selalu bertindak semena-mena, dan tindakan semena-mena bukanlah hal yang asing lagi di dalam kehidupan orang yang beruang. Karena memang mereka menganggap bahwa dengan uang mereka punya segalanya, sehingga mengecilkan orang yang kecil bahkan hukum sekali pun.

Tidak banyak harapan pada sanksi hukum yang bakal didapatnya. Yang jelas dengan adanya informasi dia dipenjara kelak, itu sudah menjadi kabar gembira buat penulis. Ya, setidaknya dia dipenjara. Urusan adil atau tidaknya hukuman dia, itu sudah menjadi urusan Tuhan yang maha memberi keadilan pada hambanya.

Ketiga atau terakhir, penulis mengutarakan sikap kekecewaan pada kapolres Jakarta Timur. Begitu lemotnya menggubris kasus ini hingga berbulan-bulan. Laporan korban seolah ngawang-ngawang untuk dilakukan.

Sekilas terbayang dari 17, Oktober 2024 dua bulan lamanya, kasus ini baru digubris masuk ke penyidikan kemarin setelah mendapatkan stimuli dari netizen. Sepanjang dua bulan itu, "kerja klean apa?" Gak kebayang kalau saja itu roti miliki si pelaku dibiarin dua bulan, udah basi kali ya, "haha" becanda!

Jika kita kaitkan dengan ocehan arogansi si Pelaku, keterlambatan proses ini sangat ada korelasinya dengan pernyataan si pelaku yang mengatakan "Orang miskin kaya lu mana bisa melaporkan gue ke polisi. Saya tuh kebal hukum". Dan hal ini tentunya juga menjadi dasar rasa kecurigaan publik soal keterlambatan penangan kasus ini.

Alhamdullilahnya, nasib baik soal keadilan si korban tertolong dari derasnya suara netizen yang membincangkan kasus ini. Ya, meski telah mengalami keterlambatan dalam prosesnya. Betul kata belahan dunia "No Viral No Justice" Seperti yang penulis juga sematkan pada bagian headline "Nasib Dwi Ayu Darmawati di Tangan Netizen" jika tidak ada netizen, orang kecil bisa apa!
 
Terakhir, pesan penulis untuk para penegak hukum khususnya polres Jakarta Timur. Jangan menganggap bahwa orang kecil itu mudah diakali, mudah dilawan dan mudah dimanipulasi. Ingat, orang kecil juga punya Tuhan, dan mungkin Tuhannya juga sama dengan anda-anda yang merasa besar. Yang di mana kebanaran itu akan selalu menang melawan kezaliman karena adanya kekuatan Tuhan.  

Penulis percaya, bahwa hal itu terjadi karena adanya oknum-oknum yang senang dengan kezaliman. Untuk itu, mari rapatkan barisan untuk memulihkan moral dan citra kelembagaan demi sebuah harga diri yang mahal.

Semoga polres Jakarta Timur makin lebih baik dan lebih cekatan dalam menjalankan tanggungjawab sumpah yang sudah bangsa ini titipkan. Presisi menunpas kezaliman. Merdeka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun