Mohon tunggu...
Idris
Idris Mohon Tunggu... Guru - Hidup disayang mati dikenang

Sang Penembus Kabut

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Study Tour, Transaksi atau Rekreasi?

20 Mei 2024   16:05 Diperbarui: 20 Mei 2024   18:28 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sahabat readers, baru-baru saja kita diramaikan oleh kabar pilu yang mendalam, di mana adik-adik pelajar dari SMK Lingga Kencana mengalami kecelakaan saat melakukan perjalanan Study Tour dalam rangka merayakan perpisahan sekolah seluruh pelajar kelas 12.

Dengar kabar ini, yang sangat ramai diperbincangkan pro dan kontra oleh masyarakat, membuat penulis tergelitik untuk sedikit memberikan opini soal kegiatan study tour yang sering diselenggarakan oleh Lembaga Sekolah di seluruh Indonesia.

Dalam ketikan ini penulis lempar dengan satu pertanyaan yang mungkin sama-sama kita bisa simpulkan soal apa itu kegiatan Study Tour. Pertanyaan penulis "Study Tour. Transaksi atau Rekreasi? "

Sebelum kita menjawab pertanyaan sederhana penulis, agar tidak keliru dalam memahami Study Tour, alangkah baiknya sedikit penulis definisikan dulu secara umum tentang ap aitu Study Tour.

Study tour bukan kata yang terdengar asing bagi kalangan pelajar atau akademisi. Karena kata tersebut sangat digemari sekali di kalangan pelajar atau mahasiswa. Jika kita kaji secara harfiah "Study Tour" merupakan dua kata Bahasa inggris yang memiki makna yang berbeda. Study yang berarti belajar, Tour adalah perjalanan atau tamasya. Namun dalam dua kata tersebut dipersatukan hingga menjadi satu makna yang berarti beraktivitas di luar ruangan sambil belajar atau jika kita sederhanakan bisa dibilang "belajar sambil tamsya".

Itulah pengertian sederhana tentang Study Tour yang penulis ketahui. Hemat penulis dalam pengertian ini tersirat sebuah pesan bahwa belajar itu memang perlu juga di lakukan di tempat terbuka itung-itung sebagai dorongan untuk para pelajar yang juga harus mengenal soal keindahan alam.

Kendati demikian, belakangan ini banyak sekali opini bermunculan tentang Study Tour yang seolah mengarah ke kegiatan bisnis, seolah seperti tempat kepala sekolah dan guru meraup cuan sampingan (side job). Maka sepontan penulis pun ikut bertanya Study Tour itu transaksi atau rekreasi?

Pada pertanyaan sederhana penulis publik akan menilai secara perspektif masing-masing tentang ketebalan Study Tour tersebut berada posisi mana, Transaksi kah atau Rekreasi.

Hemat penulis sendiri kegiatan Study Tour itu lebih kepada pekerjaan sampingan kepala sekolah dan guru, yang biasanya diadakan setahun sekali. Mengingat dari kegiatan tersebut selain mereka bisa menikmati liburan hemat atau gratis, mereka juga dapat sedikit selisih untuk uang jajan tergantung jumlah besaran tarif yang telah ditentukan.

Tetapi mungkin saja tidak semua kepala sekolah dan guru yang mengadakan kegiatan Study Tour itu mengambil keuntungan semata. Mungkin ada juga yang rela mengadakan kegiatan Study Tour demi anak didiknya berkembang dengan baik, baik secara akademik mau pun secara non akademik. Hanya saja di zaman sekarang yang hampir semua merasa tertekan dengan kebutuhan, hampir tidak ada orang yang mengadakan kegiatan tanpa mengambil keuntungan. Jika pun memang ada, itu hanya manusia-manusia pilihan Tuhan yang berhati malaikat.

Kembali ke pertanyaan penulis, Study Tour yang penulis anggap sebagai pekerjaan sampingan atau bisnis kepala sekolah dan guru, itu tidak bisa dibantah karena memang terkadang kegiatan Study Tour sendiri bersifat paksaan. Kenapa penulis bisa mengatakan paksaan? Karena ikut tidak ikut orang tua murid wajib membayar uang kegiatannya. Jika tidak, mereka akan ditekan dengan pernytaan-pernyataan yang bersifat intimidasi sehingga orang tua murid tidak punya kekuatan untuk menolak, melainkan mengiyakanya meski dengan keterpaksaan.  

Lalu, bagiamana dengan pertanyaan, apakah Study Tour itu rekreasi?  

Ya, seperti yang penulis sudah ujarkan di atas bahwa Study Tour itu secara maknanya belajar sambil bertamasya atau rekreasi. Artinya penulis juga sangat sepakat jika Study Tour itu lebih kepada jalan-jalan atau berkunjung ke suatu tempat yang belum dikenali oleh pelajar. Selain itu, di dalam Study Tour juga isinya lebih kepada hiburan atau hiling yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang suka liburan.

Itulah dua jawaban sederhan versi penulis soal pertanyaan "Study Tour itu transaksi atau rekreasi?

Terlepas dari pertanyaan sederhana di atas, penulis titip pesan agar tidak menjadi bahan omongan di masyarakat, layaknya Study Tour itu harus dijalankan dengan sebenar-benarnya. Supaya tidak terkesan bahwa kegiatan tersebut adalah kegiatan yang berbau bisnis. 

Caranya sederhana ko, jika mau mengadakan kegiatan tersebut jangan sampe terjadi tindakkan yang bersifat paksaan pada pelajar, sehingga imejnya tidak bagus. Terlebih harus mempertimbangkan dahulu tentang kemampuan ekonomi para orang tua murid mampu atau tidak untuk mengikuti kegiatan Study Tour tersebut. 

Penulis juga menyampaikan pandangan ini bukan semata hanya mendengar cerita dari orang lain tapi juga dari keluarga sendiri. Sebut saja orang tua ponakan penulis yang sering mengeluhkan masalah keuangan atau biaya untuk kegiatan Study Tour. 

Dalam keluhannya, "saya sedang bingung mencari uang untuk pembayaran kegiatan Study Tour" singkatnya terlihat seperti orang yang sangat dipenuhi beban. Namun dia tetap berusaha keras agar anaknya bisa ikut di kegiatan tersebut.

Singkat cerita, ia pun dapat uang dan langsung membayarkannya. Penulis tidak sempat mengulik soal dari mana dia dapat uang, entah dapat dari pinjaman atau dari gajinya. Setahu penulis sih, biasanya ia gajian di akhir bulan, mengingat keluhan dia soal pembayaran kegiatan Study Tour masih di pertengahan bulan. Tapi ya sudahlah ya, gak perlu kita kulik sampai dalam.

Artinya, dalam cerita singkat penulis dapat menarik kesimpulan sederhana bahwa kegiatan Study Tour itu kerap kali menjadi keluhan masalah ekonomi bagi orang tua murid yang tidak mampu. Lantaran tak semua orang tua murid masuk dalam kategori mampu secara ekonomi.

Selain itu, penyelenggara kegiatan Study Tour dalam hal ini kepala sekolah dan guru, juga harus sangat teliti dalam mempersiapkan kebutuhannya. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti, kelaparan, kecelakan, dan kehilangan. 

Namun, dari semua saran penulis, hal yang paling terpenting untuk dipertimbangkan adalah manfaat dari kegiatan Study Tour dan resiko terbesar dari Study Tour. Jika resikonya lebih besar dari manfaatnya, kiranya akan menjadi lebih baik dan ideal jika kegiatan Study Tour itu tidak diselenggarakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun