Mohon tunggu...
Idris
Idris Mohon Tunggu... Guru - Hidup disayang mati dikenang

Sang Penembus Kabut

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Study Tour, Transaksi atau Rekreasi?

20 Mei 2024   16:05 Diperbarui: 20 Mei 2024   18:28 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali ke pertanyaan penulis, Study Tour yang penulis anggap sebagai pekerjaan sampingan atau bisnis kepala sekolah dan guru, itu tidak bisa dibantah karena memang terkadang kegiatan Study Tour sendiri bersifat paksaan. Kenapa penulis bisa mengatakan paksaan? Karena ikut tidak ikut orang tua murid wajib membayar uang kegiatannya. Jika tidak, mereka akan ditekan dengan pernytaan-pernyataan yang bersifat intimidasi sehingga orang tua murid tidak punya kekuatan untuk menolak, melainkan mengiyakanya meski dengan keterpaksaan.  

Lalu, bagiamana dengan pertanyaan, apakah Study Tour itu rekreasi?  

Ya, seperti yang penulis sudah ujarkan di atas bahwa Study Tour itu secara maknanya belajar sambil bertamasya atau rekreasi. Artinya penulis juga sangat sepakat jika Study Tour itu lebih kepada jalan-jalan atau berkunjung ke suatu tempat yang belum dikenali oleh pelajar. Selain itu, di dalam Study Tour juga isinya lebih kepada hiburan atau hiling yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang suka liburan.

Itulah dua jawaban sederhan versi penulis soal pertanyaan "Study Tour itu transaksi atau rekreasi?

Terlepas dari pertanyaan sederhana di atas, penulis titip pesan agar tidak menjadi bahan omongan di masyarakat, layaknya Study Tour itu harus dijalankan dengan sebenar-benarnya. Supaya tidak terkesan bahwa kegiatan tersebut adalah kegiatan yang berbau bisnis. 

Caranya sederhana ko, jika mau mengadakan kegiatan tersebut jangan sampe terjadi tindakkan yang bersifat paksaan pada pelajar, sehingga imejnya tidak bagus. Terlebih harus mempertimbangkan dahulu tentang kemampuan ekonomi para orang tua murid mampu atau tidak untuk mengikuti kegiatan Study Tour tersebut. 

Penulis juga menyampaikan pandangan ini bukan semata hanya mendengar cerita dari orang lain tapi juga dari keluarga sendiri. Sebut saja orang tua ponakan penulis yang sering mengeluhkan masalah keuangan atau biaya untuk kegiatan Study Tour. 

Dalam keluhannya, "saya sedang bingung mencari uang untuk pembayaran kegiatan Study Tour" singkatnya terlihat seperti orang yang sangat dipenuhi beban. Namun dia tetap berusaha keras agar anaknya bisa ikut di kegiatan tersebut.

Singkat cerita, ia pun dapat uang dan langsung membayarkannya. Penulis tidak sempat mengulik soal dari mana dia dapat uang, entah dapat dari pinjaman atau dari gajinya. Setahu penulis sih, biasanya ia gajian di akhir bulan, mengingat keluhan dia soal pembayaran kegiatan Study Tour masih di pertengahan bulan. Tapi ya sudahlah ya, gak perlu kita kulik sampai dalam.

Artinya, dalam cerita singkat penulis dapat menarik kesimpulan sederhana bahwa kegiatan Study Tour itu kerap kali menjadi keluhan masalah ekonomi bagi orang tua murid yang tidak mampu. Lantaran tak semua orang tua murid masuk dalam kategori mampu secara ekonomi.

Selain itu, penyelenggara kegiatan Study Tour dalam hal ini kepala sekolah dan guru, juga harus sangat teliti dalam mempersiapkan kebutuhannya. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti, kelaparan, kecelakan, dan kehilangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun