Turut mengucapakan innalillahiwainnailaihirojiun untuk tokoh sastrawan terbaik Indonesia Arswendo Atmowiloto yang telah menghembuskan nafas terakhirnya di Komplek Kompas, Petukangan, Jakarta Selatan, Jumat (19/7/2019), sekitar pukul 17:50 WIB.Â
"Betul (meninggal dunia), pukul 17.55 anaknya, Soni Wibisono menyampaikan bahwa papa sudah enggak ada," kata Tri Agung Kristanto, Wakil Pemimpin Redaksi Kompas, yang yang juga tetangga dekat Arswendo.
Menurut ilmu medis, Arswendo meninggal karena penyakit kanker prostat yang dideritanya selama beberapa bulan. Sebelumnya, Ia juga sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Pertamina Pusat, Jakarta pada tanggal 26 Juni lalu.Â
Arswendo meninggal di usia 70 tahun setelah dirinya banyak mengukir karya-karya sastra dalam karirnya.
Atas meninggalnya Arswendo tentu ini merupakan duka yang mendalam bagi seluruh para sastrawan Indonesia. Sehingga dalam keadaan pilu ini kami seraya melantunkan do'a semoga ia pergi dalam keadaan khusnul khatimah, serta bagi keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran oleh Tuhan yang maha Esa.
Meski telah kehilangan Arswendo si sastrawan terbaik itu kami akan tetap mengenangnya melaui karya-karya terhebatnya.
Mengingat sosok Arswendo yang cerdas saat mendulang karir dalam hidupnya membuat banyak orang di belahan dunia terpukau dan mengidolakannya.
Untuk itu, mari kita sedikit kupas tentang si sastrawan sederhana yang sukses dan terkenal ini!
Arswendo seorang pria yang berkelahiran Surakarta, Jawa Tengah, 26 November 1948. Pada awal kesuksesannya, ia sempat menggeluti dunia seni hingga ia pernah memimpin Bengkel Sastra Pusat Kesenian Jawa Tengah yang bertempat di Solo pada 1972 silam. Lalu, ia juga pernah menjadi sebagai pemeran di 7 sinetron yang sempat melesat di dunia entertainment.
Tak cukup hanya itu, ia langsung mengembangkan keahliannya di bidang sastra. Tak lama kemudian di tengah kehebatannya sebagai seorang sastrawan, ia telah menciptakan sebanyak 49 karya tulis yang terdiri dari cerpen, novel, naskah drama dan sekenario perfilman.Â
Salah satu karya tulisnya yang melangit hingga terkenal adalah sinetron Keluarga Cemara yang pernah diangkat menjadi sebuah film menarik pada tahun 2018 lalu.
Lanjut dari seorang sastrawan, ia juga berkiprah pada ranah jurnalis dengan mengelola tabloid Bintang Indonesia, selanjutnya ia keluar dan mendirikan PT Atmo Bismo Sangotrah yang menaungi beberapa media cetak.Â
Tak lama kemudian berkat kecakapannya yang cerdik, ia pernah menggondol beberapa penghargaan, yakni Hadiah Zakse (1972) untuk esainya yang berjudul "Buyung Hok dalam Kreativitas Kompromi"; Hadiah Perangsang Minat Menulis dalam Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara DKJ (1972 dan 1973) untuk dramanya yang berjudul "Penantang Tuhan" dan "Bayiku yang Pertama"; Hadiah Harapan Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara DKJ (1975) untuk damanya "Sang Pangeran" dan "Sang Penasehat"; dan Penghargaan ASEAN Award di Bangkok untuk bukunya Dua Ibu dan Mandoblang (buku anak-anak).
Itulah sedikit tentang karir Arswendo di masa hidupnya yang kini menjadi tanda kenangan bagi rakyat Indonesia.Â
Dengan melihat segala capaian-capainya dalam dunia sastra, tentu ia akan menjadi seorang literator teladan bagi bangsa dan negara.
Harapan kami, kelak Indonesia masih melahirkan seorang sastrawan dan seniman yang handal sebagai Arswendo-Arswendo berberikutnya.
Melalui duka ini, kami ucapkan salamat jalan ayahanda Arswendo Atmowiloto semoga kepergian mu berada dalam kedamaian. Amin...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H