Salah satu karya tulisnya yang melangit hingga terkenal adalah sinetron Keluarga Cemara yang pernah diangkat menjadi sebuah film menarik pada tahun 2018 lalu.
Lanjut dari seorang sastrawan, ia juga berkiprah pada ranah jurnalis dengan mengelola tabloid Bintang Indonesia, selanjutnya ia keluar dan mendirikan PT Atmo Bismo Sangotrah yang menaungi beberapa media cetak.Â
Tak lama kemudian berkat kecakapannya yang cerdik, ia pernah menggondol beberapa penghargaan, yakni Hadiah Zakse (1972) untuk esainya yang berjudul "Buyung Hok dalam Kreativitas Kompromi"; Hadiah Perangsang Minat Menulis dalam Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara DKJ (1972 dan 1973) untuk dramanya yang berjudul "Penantang Tuhan" dan "Bayiku yang Pertama"; Hadiah Harapan Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara DKJ (1975) untuk damanya "Sang Pangeran" dan "Sang Penasehat"; dan Penghargaan ASEAN Award di Bangkok untuk bukunya Dua Ibu dan Mandoblang (buku anak-anak).
Itulah sedikit tentang karir Arswendo di masa hidupnya yang kini menjadi tanda kenangan bagi rakyat Indonesia.Â
Dengan melihat segala capaian-capainya dalam dunia sastra, tentu ia akan menjadi seorang literator teladan bagi bangsa dan negara.
Harapan kami, kelak Indonesia masih melahirkan seorang sastrawan dan seniman yang handal sebagai Arswendo-Arswendo berberikutnya.
Melalui duka ini, kami ucapkan salamat jalan ayahanda Arswendo Atmowiloto semoga kepergian mu berada dalam kedamaian. Amin...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H