Terletak di desa terpencil, ditumbuhi pepohonan lebat, sebuah legenda menceritakan tentang seorang penyihir bernama Elira. Ceritanya mengungkapkan bahwa dia jatuh cinta dengan seorang pria bernama Ardan, yang mengkhianatinya demi orang lain. Dalam kemarahannya, Elira melontarkan kutukan kelaparan dan penyakit ke desa dan menghilang. Namun, dia meninggalkan pesan terakhir: "Mawar hitam akan mengembalikanmu padaku."
Seiring berjalannya waktu, legenda tersebut berubah menjadi cerita pengantar tidur yang sederhana. Namun bagi Clara, seorang gadis muda yang tinggal di desa, kisah Elira jauh lebih penting. Dia akan mendengar bisikan samar di malam hari dan sering memimpikan seorang wanita berambut panjang dengan gaun hitam tergerai, memegang setangkai mawar dengan kelopak bunga sehitam langit malam.
Di bawah cahaya bulan purnama malam itu, jalan menuju hutan di samping desa bermandikan cahaya. Clara terbangun karena ketukan lembut di jendelanya dan melihat sosok bayangan yang diterangi bulan. Sosok itu tidak bergerak, tapi sesuatu dalam dirinya mendesaknya untuk pergi ke jendela. Dengan jantung berdebar kencang, dia membuka tirai.
Di sana, bertengger di ambang jendela, ada sekuntum mawar hitam, tampak segar dan berkilau, seolah baru saja dipetik. Tidak ada indikasi siapa yang meninggalkannya di sana. Clara mengambil mawar di tangannya dan merasakan kelopaknya sedingin es.
 Keesokan paginya, dia memberi tahu temannya Lena tentang pengalaman aneh itu.
"Clara, ini sesuatu yang lain. "Mawar hitam itu... mungkin milik penyihir Elira," bisik Lena, wajahnya pucat.
"Oh, Lena, itu hanya sekuntum bunga. Siapa yang benar-benar percaya pada cerita-cerita lama itu?" Jawab Clara berusaha terdengar percaya diri, meski pikirannya masih melayang pada mimpi buruk semalam.
Kejadian aneh terus berlanjut. Malam demi malam, Clara mendengar bisikan itu semakin jelas: "Kembalikan aku.
Carilah Ardan." Meski Clara bingung dengan pesan suara itu, dia merasa yakin ada sesuatu di hutan yang memanggilnya.
Seminggu kemudian, Clara menarik napas dalam-dalam dan memasuki hutan, dengan mawar hitam di belakangnya. Udaranya sejuk, dan bayang-bayang pepohonan tampak seperti tangan raksasa yang terulur ke arahnya. Setelah satu jam berjalan, dia menemukan sebuah kabin tua yang lapuk, hampir ditelan dedaunan di sekitarnya.