" Bayangan itu menghilang, dan mereka kembali ke gubuk tua. Nira berdiri di hadapan Arka, wajahnya lebih tenang. "Sekarang kamu tahu, aku bisa pergi dengan tenang. Tapi pertama-tama, aku ingin memberimu sesuatu."
Dengan tangan terulur, Nira menarik Arka ke dalam pelukannya sebelum Arka sempat mengucapkan sepatah kata pun. Pelukan itu sejuk namun membawa kehangatan yang tidak biasa. Saat itu, Arka dihujani kenangan yang bukan miliknya Nira menyiapkan obat, membantu orang sakit, dan malam ia dikutuk oleh orang-orang yang ia selamatkan. Saat dia melepaskannya, kehadirannya mulai memudar. "Terima kasih, Arka. Kamu sekarang adalah pelindung kebenaranku."
Arka berlutut, merasa lemas namun hatinya dipenuhi kepenuhan. Ketika dia membuka matanya, dia mendapati dirinya sendirian di dalam gubuk. Buku yang tadinya ada di atas meja telah menghilang, digantikan oleh bunga lavender segar yang anehnya cocok untuk tempat lamanya.
Dia kembali ke desa membawa cerita Nira bersamanya. Pada awalnya, tidak ada yang menganggapnya serius, namun lambat laun, kebenaran mulai terungkap. Gubuk tersebut kini menjadi pengingat bahwa ketakutan dan ketidaktahuan dapat menghancurkan kehidupan, sedangkan kebenaran dan pengampunan memiliki kekuatan untuk menyembuhkan.
Kapan pun keraguan merayap, Arka akan mengingat hangatnya pelukan terakhir sang penyihir, yang mengingatkannya bahwa ia selalu ditemani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H