Mohon tunggu...
Rial Roja
Rial Roja Mohon Tunggu... Editor - Digital Marketing/Content Writer

Mari berbagi cerita dan inspirasi!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Tren Kolektif Urban Farming, Solusi Ketahanan Pangan di Tengah Kota

18 November 2024   15:38 Diperbarui: 23 November 2024   14:39 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi Pertanian. (Sumber illustrasi: www.freepik.com)

Dulunya dipandang sebagai tren gaya hidup sederhana, pertanian perkotaan kini telah menjadi gerakan kolektif yang kuat yang bertujuan untuk mengatasi ketahanan dan keberlanjutan pangan. 

Ketika kota-kota menjadi lebih padat dan serba cepat, tantangan untuk menyediakan makanan segar dan sehat menjadi lebih besar dari sebelumnya. Pertanian perkotaan menawarkan solusi inovatif, menjembatani kesenjangan antara kebutuhan pangan dan kelestarian lingkungan sekaligus memberdayakan penduduk perkotaan.

Mengapa Urban Farming Semakin Populer?

Pertanian perkotaan semakin populer seiring dengan semakin sadarnya masyarakat perkotaan akan kehidupan yang sehat dan berkelanjutan. Ada peningkatan kesadaran bahwa makanan yang kita konsumsi mempunyai dampak langsung terhadap kesehatan kita dan planet ini. 

Tren ini juga dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk mengurangi emisi karbon dari rantai pasokan pangan yang luas. Produksi pangan lokal tidak hanya mengurangi emisi transportasi tetapi juga membantu menjaga kesegaran dan kualitas makanan kita.

Selain itu, pandemi COVID-19 di seluruh dunia telah menciptakan peluang sempurna bagi berkembangnya tren ini. Ketika masyarakat terpaksa tinggal di dalam rumah, banyak orang mencari cara untuk melakukan aktivitas produktif, dan pertanian perkotaan dengan cepat menjadi pilihan yang populer. Ini bukan sekadar hobi; hal ini juga memberikan rasa aman dengan mengizinkan masyarakat mengolah makanannya sendiri.

Urban Farming Kolektif: Mengubah Ruang Kota Jadi Ladang Produktif

Menariknya, pertanian perkotaan telah berubah dari aktivitas tunggal menjadi gerakan kolektif. Di kota-kota seperti Jakarta, Surabaya dan Bandung, kita menyaksikan munculnya proyek pertanian perkotaan berbasis komunitas.

Kelompok-kelompok ini bekerja sama untuk mengubah ruang-ruang yang tidak terpakai, seperti atap rumah, taman masyarakat, dan gang-gang sempit, menjadi kawasan pertanian yang berkembang. 

Misalnya, Komunitas Taman Kumara di Tangerang telah secara efektif mendidik warganya tentang cara memanfaatkan pekarangan dan lahan terlantar mereka untuk produksi pangan komunal.

Pendekatan kolaboratif ini memiliki banyak manfaat, memungkinkan anggota untuk berbagi sumber daya, keterampilan, dan hasil panen. Selain itu, kebun kolektif ini menciptakan pusat sosial yang meningkatkan solidaritas dan semangat komunitas di antara warga perkotaan, yang seringkali merasa terisolasi.

Solusi untuk Ketahanan Pangan di Tengah Kota

Pertanian kolektif perkotaan berupaya mengatasi tantangan ketahanan pangan yang nyata, terutama di kota-kota yang mengalami krisis pangan karena terbatasnya akses dan ketergantungan pada sumber daya eksternal. 

Dengan terlibat dalam produksi pangan lokal, masyarakat dapat mempertahankan sumber produk segar yang dapat diandalkan, bebas dari ketidakpastian rantai pasokan global. Metode pertanian berkelanjutan, termasuk hidroponik dan aquaponik, membantu menghemat air dan tanah.

Ketika pangan diproduksi secara lokal, masyarakat dapat mengumpulkan jumlah yang dibutuhkan saja, sehingga mengurangi limbah makanan secara signifikan. Selain itu, sampah organik dapat diolah menjadi kompos sehingga membantu siklus produksi berkelanjutan.

Selain menyediakan pangan yang terjangkau, produk pertanian kolektif perkotaan juga bisa dijual untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Beberapa kelompok bahkan telah memanfaatkan platform digital untuk memasarkan produknya, seperti sayuran organik dan tanaman herbal.

Kelompok yang berfokus pada pertanian perkotaan biasanya menggabungkan pendidikan dengan praktik, memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang nilai keberlanjutan dan kebiasaan makan yang sehat. Masyarakat, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa, dapat mengetahui cara budidaya tanaman sekaligus belajar tentang siklus lingkungan.

Tantangan dan Solusi

Memang benar, pertanian perkotaan sebagai usaha kolektif bukannya tanpa kesulitan. Di kota-kota besar, kurangnya ketersediaan lahan seringkali menjadi tantangan besar. Namun, teknologi telah menjadi penyelamat dengan solusi kreatif seperti pertanian vertikal, yang memungkinkan penanaman pangan di ruang kecil. 

Selain itu, peraturan pemerintah yang mendukung sangat penting untuk memastikan bahwa masyarakat memiliki akses terhadap ruang hijau dan sumber daya yang mereka butuhkan.

Tantangan lainnya adalah masih banyak masyarakat yang kurang memiliki pengetahuan mengenai teknik bertani. Untuk mengatasinya, masyarakat dan lembaga pendidikan dapat bekerja sama memberikan pelatihan dan pendampingan. Pemerintah daerah juga dapat membantu dengan memasukkan program pertanian perkotaan ke dalam kebijakan perencanaan kota mereka.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Apakah Anda tinggal di kota dan tertarik untuk memberikan kontribusi? Mulailah dengan langkah-langkah yang dapat dikelola! Cobalah menanam sayuran sederhana seperti cabai, tomat, atau kangkung di halaman atau balkon rumah Anda. Jika bisa, libatkan komunitas urban farming setempat untuk mendapatkan dukungan dan inspirasi. Selain itu, dorong pemerintah daerah Anda untuk membuat program atau fasilitas yang membantu pertanian perkotaan kolektif.

Kesimpulan

Tren pertanian kolektif perkotaan bukan hanya tentang menjamin ketahanan pangan; hal ini juga mempunyai dampak sosial dan lingkungan yang menguntungkan. Dengan melakukan praktik ini, warga perkotaan dapat memenuhi kebutuhan pangannya sekaligus mendukung keberlangsungan kotanya. 

Apakah Anda bersemangat untuk mengambil bagian dalam revolusi hijau yang terjadi di perkotaan? Jangan ragu untuk memulai dengan tindakan kecil bagaimanapun juga, setiap transformasi besar dimulai dengan satu langkah sederhana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun