Begitu suaranya memudar, dia menarik napas dalam-dalam dan berjalan ke loteng, membawa senter di tangannya. Sesampainya di sana, yang dia temukan hanyalah koleksi barang-barang lama yang sama. Anehnya, boneka itu kini berada di tengah ruangan, duduk dengan kepala dimiringkan, seolah sedang menatapnya.
Dalam keadaan ketakutan, Lila segera berjalan kembali ke kamarnya, mencoba melupakan pengalamannya baru-baru ini. Keesokan harinya, dia melanjutkan perjalanannya melalui buku harian itu. Di dalam, Mira menjelaskan bagaimana boneka itu mulai berbicara dengannya.
"Dia menyatakan bahwa dia ditakdirkan untuk berada di sini selamanya. Saya mencoba mengirimnya ke sungai, tetapi dia selalu kembali ke titik awalnya."
Membaca kalimat itu membuat Lila merasa mual. Dia memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang Mira dengan mengunjungi perpustakaan kota. Di arsip berdebu, ia menemukan artikel yang menceritakan keadaan tragis kematian Mira. Disebutkan bahwa dia ditemukan di kamarnya, tak bernyawa, dengan boneka yang dia sebutkan di buku hariannya tergeletak di pangkuannya. Penyebab kematiannya tidak pernah terungkap, namun para tetangga percaya bahwa Mira telah dikutuk oleh rumah tua tersebut.
Sekembalinya ke rumah, Lila merasakan ada yang tidak beres. Malam itu, suara dari loteng menjadi lebih jelas. Kali ini yang terdengar adalah sayup-sayup suara tawa anak-anak. Lila menguatkan dirinya untuk naik lagi, tetapi ketika dia membuka pintu loteng, tawanya tiba-tiba berhenti. Yang mengejutkannya, boneka itu kini berdiri tepat di depan pintu, senyumnya bahkan lebih lebar dari sebelumnya.
Lila memutuskan untuk membakar boneka itu. Dia membawanya ke halaman belakang, menumpuknya dengan beberapa batang kayu, dan menyalakan api. Namun, saat kobaran api membesar, suara tawa lembut kembali terdengar, kini lebih jelas dan menakutkan.
Keesokan harinya, boneka itu ditemukan sekali lagi di kursi goyang di loteng, tampak seperti baru tanpa ada bukti kerusakan akibat kebakaran.
Dalam keputusasaan, Lila membaca halaman penutup buku harian Mira. Dinyatakan: "Rumah ini bukan milik saya atau orang lain. Boneka itu adalah penjaganya. Jika Anda menemukan buku harian ini, tinggalkan rumah ini sebelum terlambat. Jangan ulangi kesalahan saya."
Tubuh Lila gemetar ketakutan. Dia buru-buru memasukkan barang-barangnya ke dalam tasnya, berniat keluar rumah malam itu. Namun ketika dia mencoba membuka pintu depan, pintu itu terkunci sendiri tanpa peringatan.
Kelap-kelip lampu menari-nari di sekeliling rumah, diiringi gelak tawa yang menggema ke seluruh ruangan. Lila berlari mencari kebebasan tapi malah terjatuh di ruang tamu. Ketika dia akhirnya membuka matanya, boneka itu sudah bertengger di pangkuannya, senyumannya kini tampak hidup.
Keesokan paginya, para tetangga melihat rumah itu kembali kosong, seperti sebelumnya. Tidak ada jejak Lila, hanya buku harian tua yang tergeletak di atas meja, terbuka hingga halaman terakhirnya.