Mohon tunggu...
Rial Roja
Rial Roja Mohon Tunggu... Editor - Digital Marketer/Content Writer

Menghidupkan tulisan dengan gaya santai namun informatif. Mari berbagi cerita dan inspirasi!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Krisis Perkawinan, Mengapa Lebih Banyak Orang Memilih Hidup Sendiri di Era Modern?

14 November 2024   20:02 Diperbarui: 15 November 2024   09:32 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Realitas Pernikahan: Ketidakpastian dan Komitmen

Di era saat ini, pernikahan seringkali dipandang sebagai sebuah ikatan yang kurang aman dan abadi. Dalam beberapa dekade terakhir banyak negara, termasuk Indonesia, mengalami peningkatan angka perceraian. 

Kompleksitas kehidupan berumah tangga, yang seringkali diwarnai dengan konflik, perbedaan jalan hidup, atau ketidakcocokan pribadi, membuat banyak orang mempertanyakan apakah pernikahan benar-benar mendatangkan kebahagiaan. Bahkan ada yang menganggap pernikahan lebih banyak tantangannya dibandingkan manfaatnya, sehingga akhirnya memilih hidup sendiri.

Tampaknya banyak orang menganggap pernikahan telah kehilangan keajaibannya dibandingkan dengan narasi romantis yang kita alami saat tumbuh dewasa. Komitmen yang diperlukan untuk pernikahan yang langgeng bisa terasa menakutkan, terutama ketika kita melihat begitu banyak orang di sekitar kita bergumul dengan hubungan mereka. Kesulitan dalam berkomunikasi, menjaga keintiman, dan mendamaikan cara pandang hidup yang berbeda semakin meningkat, menyebabkan sebagian orang memilih cara hidup yang lebih mandiri untuk menghindari permasalahan tersebut.

Perubahan Sosial dan Nilai Keluarga

Selain keadaan pribadi, perubahan sosial juga menjadi faktor kunci krisis pernikahan. Nilai-nilai tradisional kekeluargaan yang dulu mendominasi kini semakin melemah seiring kemajuan masyarakat. 

Dengan meningkatnya pendidikan, akses yang lebih mudah terhadap informasi, dan sikap yang lebih progresif terhadap gender dan peran sosial, banyak orang tidak lagi merasakan tekanan untuk menikah. Faktanya, semakin banyak orang yang percaya bahwa keluarga bahagia bisa diraih tanpa harus menikah secara resmi.

Situasi ini terkait dengan pergeseran sikap terhadap memiliki anak. Di masa lalu, membesarkan anak dipandang sebagai komponen penting dalam pernikahan yang sah, namun saat ini, banyak pasangan memilih untuk tidak memiliki anak atau menjalin hubungan yang lebih fleksibel tanpa komitmen formal. Perubahan ini menghasilkan pemahaman yang lebih beragam tentang keluarga, dan pernikahan hanya menjadi salah satu pilihan untuk menciptakan sebuah keluarga.

Kesimpulan: Hidup Sendiri Bukanlah Kekosongan

Pilihan untuk tidak menikah atau hidup mandiri dalam masyarakat saat ini bukanlah suatu tanda kegagalan atau ketidakmampuan untuk menjalin hubungan yang sehat. 

Di sisi lain, banyak orang yang senang dengan keputusan ini, mencari kebebasan pribadi, pengembangan diri, dan kesuksesan karier. Tren ini mencerminkan perubahan nilai-nilai sosial yang lebih luas yang semakin mendukung kemandirian dalam banyak aspek kehidupan, termasuk kesejahteraan finansial, sosial, dan emosional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun