Mohon tunggu...
Mh Firdaus
Mh Firdaus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Penulis dan Traveler amatir. Menggali pengetahuan dari pengalaman terus membaginya agar bermanfaat bagi banyak khalayak..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Healing Tipis-Tipis ke Yogya

3 Desember 2024   07:51 Diperbarui: 4 Desember 2024   16:24 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum berada di ketinggian menyimpan informasi sejarah baik untuk refeksi hidup (Sumber: dok. pribadi))

Sesekali mobil kami menepi, memberi jalan mobil berlawan arah. Sesampainya, puluhan pengunjung telah mengantri di tiga barisan hingga ke luar restaurant untuk mengambil makanan.

Aksen restaurannya bergaya Jawa Kuno. Genteng, penyangga atap, dan dindingnya terbuat dari tembok yang kusam serta kayu jati tua nan asri. Kursi dan meja untuk makan terbuat dari kayu jati menyebar di dalam dan luar restaurant.

Pemandangan sawah menyatu dengan restauran kopi Klotok (Sumber: dok. pribadi)
Pemandangan sawah menyatu dengan restauran kopi Klotok (Sumber: dok. pribadi)

Karena semua kursi terisi pengunjung, sebagian kami mencari kursi kosong untuk bersembilan. Saat pelanggan lain selesai makan, temanku sigap mendudukinya dan yang lain antri mengambil nasi dan lauk pauk. 

Menunya seragam: nasi, sayur lodeh tahu, lodeh terong, lodeh embung, dan telor dadar krispi, serta ikan goreng. Kerupuk dan pisang goreng melengkapi menu utama. Meski sederhana, namun rasanya maknyus, terutama sayur lodeh yang khas jawa super lezat berharga murah.

Minumannya: kopi khas klotok, es teh manis, dan teh tawar dimana pengunjung mengambil sendiri. Pengunjung silih berganti hadir di restaurant. Siang hari makin memanas.

Saat teman-teman masih makan, saya keluar dan berkeliling restaruan. "wah.. luas banget nih restaruan. Kulihat keraiaman manusia sedang bersantap siang bersama di sudut tempat yang disediakan. Persis seperti meraryakan makan bersama", kataku lirih.

Persawahan terhampar luas di belakangnya. Pengunjung di luar menggelar tikar berhadapan sawah yang padinya telah menguning. Tagalan setapak nan asri memisah antara petak sawah sebagai jalan setapak. Aku menyaksikan puluhan manusia bersantap siang dengan tertib di kursi dan meja serta di alas tikar depan sawah. Semua bagai merayakan makan siang berjamaah.

Diiringi angin sawah semilir, tak terasa semua teman selesai makan siangnya. Saatnya kami hengkang dari restaurant. Kala membayar di barisan antri, saya terpana dengan harganya yang murah. Sepiring nasi, sayur lodeh, telor krispi, kopi, kerupuk dihargai sebesar Rp 25.000. Murah kan...

Nongkrong di angkringan pojok Malioboro aktiftas langka sambil menikmati malam (Sumber: dok.pribadi)
Nongkrong di angkringan pojok Malioboro aktiftas langka sambil menikmati malam (Sumber: dok.pribadi)

Malamnya sebelum besok ke Jakarta, kami hangout ke Malyoboro. Di sana saya menikmati Yogya di saat malam, sambil menyeruput teh angkringan di kopi Jos, dan kupandangi hilir mudik kendaraan, muda-mudi bercenkrama, dan lagu pengamen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun