Hingga akhirnya kekhawatiranku pecah. Sedari awal perjalanan, hatiku was was dengan kondisi jalan bertanah merah yang kulalui. Berlumpur, licin, dan menggelincirkan pengendara motor, bila hujan turun.Â
Setengah jam berikut, rintik hujan turun tak diudang. Harapanku sirna. Selanjutnya hujan turun deras. Tadinya kufikir bisa menembus rintik hujan, namun derasnya tak bisa kulawan hingga terpaksa berhenti di bedeng pinggir jalan. Lokasi itu rumah pekerja dinas PU (pekerjaan umum) yang sedang memperbaiki jalan dan jembatan. Disitulah kami berhenti menghindari hujan.
Ketakutanku membumbung kala pengojek berujar, "Wah berat ini pak. Jalanan ke pegunungan bertanah merah. Pasti licin kalau hujan deras.Â
Semoga ini tidak berlansung lama...", ungkapnya. Kami memandang jalanan yang makin penuh guyuran hujan. Dag dig perasaanku dengan nasib perjalan diatas jalan tanah merah nan basah.
Hujan deras melambat menjadi rintik-rintik. Kami melanjutkan perjalanan. Pengojek memacu motor dengan kecapatan sedang. Ban motor belakang bergoyang saat menyentuh jalan bertanah merah. Tiba-tiba hujan turun deras. Pengojek mempercepat laju motor guna segera sampai di tujuan.
Kala motor kami menanjak, tiba-tiba sopir ojek tak bisa mengendalikannya. Jatuhlah kami di atas jalan bertanah di tengah hujan.Â
Beruntung, tidak ada kendaraan melintas dari arah berlawanan dan sebaliknya. Mungkin karena hujan lebat. Kami berdiri secepat mungkin
. Remang-remang --karena tertutup hujan-- saya melihat kaki kananku lecet. Celana training bawahku robek. Saya merasakan perih di kaki, gumanku lirih.
Tak ada pilihan, kami melanjutkan perjalanan dengan rasa sakit di kaki. Terlihat bangunan kosong di tikungan dimana motor pengendara lain memarkir disana.Â
Kami berhenti dan meneduh. Perlahan saya melipat celana panjang kaki kananku. Terlihat tiga luka di sana. Yang satu lebih parah dari lainnya. Ada tetesan darah. Segera saya menempelnya dengan tansoplas. Alhamdulillah, rasa perih hilang kala luka tertutup salonpas.
Celana dan sepatuku basah, kotor dan penuh lumpur. Hujan pun semakin deras. Mental psikologisku drop, akibat jatuh dan melihat luka mengangga di kaki. Situasi seperti ini --bahkan yang terburuk sekalipun-- bisa menimpa siapa saja. Para traveler pasti pernah merasakan momen tertentu dalam perjalanan.