Mohon tunggu...
Mh Firdaus
Mh Firdaus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Penulis dan Traveler amatir. Menggali pengetahuan dari pengalaman terus membaginya agar bermanfaat bagi banyak khalayak..

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Marano, Desa di Atas Awan nan Indah

31 Juli 2023   12:26 Diperbarui: 1 Agustus 2023   19:43 1158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret salah satu rumah transmigran yang ditinggal penghuninya (dok.pribadi)

Lain lagi cerita Bu Kaswati (bukan nama asli), warga transmigran asli Trenggalek, Jawa Timur. Saya berkunjung ke rumahnya kala sore hari. Ia hidup bersama suami dan dua orang anak. Lokasi rumahnya menyendiri. Jalan ke arahnya beberapa meter dari rumah penginapan munurun jauh dari kantor UPT.

Buah durian yang besar subur tumbuh di Marano (dok.pribadi)
Buah durian yang besar subur tumbuh di Marano (dok.pribadi)

Rindang dan asri. Berbagai pohon buah-buahan subur tumbuh pekaranganya. Selain itu, ramai kicauan aneka burung dalam sangkar meramaikan suasana. 

Saya serasa bagai di kebun binatang burung alami. Burungnya didapat dari petani lokal yang menemukan di hutan dan yang mampir di kebun tanahnya. Ia hadir di Marano melalui alih pindah rumah transmigrasi dari penghuni sebelumnya. Hampir 5 tahunan keluarganya tinggal di sana.

Tak mudah bagi keluaganya memulai kehidupan bertani di lahan baru. Segala macam duka dan penderitaan ia alami bersama suami dan anak. Berbekal pengalaman bertani di Jawa dan kegigihan, menempanya dan perlahan bangkit sehingga hidup mandiri.

Sehingga, meski lokasi rumahnya berjarak dari keramaian, mereka tak gentar berjuang hidup di sana. Bersama suami, mereka berocok tanam dan buah di sekitar rumah. Ada buah alpukat, salak, cabe, dsb. Alpukat mentega yang matang pohon itulah mereka suguhi saat kami bertamu. Enak sekali rasanya.

Kini, suaminya mengolah tanah di lahan yang jauh dari rumahnya untuk dijadikan kebun sayur kol, bayam, dsb. Menurutnya, lokasi itu cocok untuk perkebunan sayur. Pasarnya terbuka lebar. Sementara bu Kaswati, menanam Nilam guna menghasilkan minyak untuk dijual. Intinya, istri-suami berjuang bersama mengolah sumberdaya alam untuk keberlanjutan hidup. Alam terpencil tak membuatnya gentar.

Empat malam sudah saya bermalam disana. Lamunanku di malam akhir mengemuka. Akses jalan rusak dan rentan longsor serta terpencil menghambat orang luar ke sana, dan menurunkan nilai harga tanah dan produk. 

Di sisi lain, Marano dilimpahi sumberdaya alam yang teramat kaya. Anehnya lagi, sebagian tanah desa telah dimiliki orang luar. Penduduk desa mencurigai lambannya pembangunan jalan, penuh agenda tersembunyi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun