Kini, beberapa pejabat luar desa memiliki tanah di sana. Salah satunya sedang dibangun rumah peristirahatan dengan sudut pandang ke matahari terbit. Bila rumahnya selesai, pasti indah sekali...
Walau jalan penghubung desa penuh kerikil dan tanah, serta berkontur turun-naik, namun panoramanya asri nan elok. Justru karena bergelombang itulah, view dan posisi tanah untuk pembangunan rumah unik. Dari jauh, rumah-rumah penduduk bagai gubuk untuk burung dara di alam bebas.
Diantara dataran pegunungan itulah kami menemukan spot indah di pagi hari. Bila senja sore mengundang kabut yang mendinginkan suasana, awan berkabut putih merangkak di kaki pegunungan saat pagi hari.Â
Awan putih berarak dari bawah ke atas pegunungan perlahan. Kami menyaksikan iringan awan putih seolah melindungi pegunungan di bawah Marano. Indah sekali panorama itu. Marano bagai negri diatas awan.
Gumpalan awan putih berarak makin jelas, karena matahari pagi bersinar terang. Warna putih langit pun bercampur merah-muda. Sementara dibawahnya pegunungan hitam dengan rerimbunan pohon menghampar sebagai alasnya. Saya mengintip pemadangan pagi dari balik pepohonan di satu sudut spot favorit desa.
Sudut pandang indah bagai surga panorama bagi yang memiliki villa dengan arah jendela langsung ke matahari terbit. Warga desa menganggap keajaiban pemandangan sebagai hal biasa, karena mereka menemukannya setiap hari. Sebaliknya bagi pendatang hal itu menakjubkan. Makanya kini banyak warga luar sedang mengincar tanah di sana.
Lokasi rumah penduduk berjauhan antar blok satu dengan lainnya. Tanah warga luas membentang. Setiap rumah memiliki pekarangan lebar. Berbagai tanaman sayuran dan buah-buahan, seperti: durian, nanas, markisa, kentang, kacang, kol, alpukat, salak, stroberi jamak tumbuh di sekitarnya.Â
Di sudut lain ada empang berisi: ikan mas, Nila, lele, gabus. Kambing, sapi, ayam sebagai bahan protein tumbuh juga bebas berkeliaran.
Buah duriannya besar sekali seperti montong. Alpukatnya berjenis mentega. Manis dan legit. Sore kala berkunjung ke rumah penduduk, kami menikmatinya yang baru dipetik dari pohon. Wuih enaknya. Hanya sawah padi yang belum ditanam penduduk desa.
Kisah Pejuang yang Menolak Menyerah
Kami menginap di salah satu penduduk desa. Pemiliknya berprofesi penyuluh (pendamping) lapang pertanian dari perusahaan swasta besar. Ia ahli secara otodidak budidaya berbagai tanaman. Terlihat di lahan sekitarnya: buah durian, kentang, markisa, dsb tumbuh subur. Cerita kegigihan sebagai warga transmigran inspiratif bagiku.