Deru ombak laut ujung utara pantai Makasar bergulung kencang. Makin mendekat, suaranya menggelegar. Itulah ombak laut di pesisir dusun Puntondo, desa Laikang, kec. Mangarabombang, kab. Takalar, Sulawesi Selatan.
Sore pukul, 17.00 sore, 8 Februari 2023, bersama teman, saya tiba di desa ujung utara Sulawesi Selatan.
Matahari perlahan tenggelam. Awam gelap minyisir siang, segera berganti malam. Keramaian suasana desa pesisir menyusut. Anak-anak nelayan yang sedari tadi berlarian di pasir, satu per satu masuk ke rumah masing-masing. Warga dusun yang kebanyakan nelayan (hampir 77,2 %), duduk berjejer di beranda rumah.Â
Jalan raya penghubung desa, membentang dari luar hingga menjangkau ke sudut desa. Jalannya halus dan berbeton. Tak banyak penginapan di sana. Pengunjung datang pagi, dan hengkang sorenya. Bila hendak bermukim menikmati malam pantai, rumah penduduk sandarannya. Apa sebabnya?
Dugaanku, karena kondisi pantai yang kotor. Sampah berupa botol bekas dan potongan kayu memenuhi sudut pantai. Pasirnya kotor dan hitam di titik tertentu. Bau amis menyergap hidung bila air surut, begitu ungkap warga kepada penulis. Apakah karena di ujung laut bersemayam perusahaan pembuang limbah? Atau prilaku masyarakat sekitar yang menganggap laut tong raksasa sebagai TPS (tempat akhir pembuangan sampah)?
Meski begitu, ada penginapan kosong milik tokoh yang tinggal di Makasar. Disitulah saya bersama teman bermalam. Penginapan ini menghadap persis ke laut. Senja sore mendung, sehingga tak ada pemandangan matahari tenggelam. Ombak menderu hingga malam. Dari penginapan, pemandangaku luas menerawang langsung ke arah bentangan samudra. Sayang, keindahannya hanya tercemari sampah.
Penginapan memiliki dua lantai. Pertama, ruang hangout berisi kursi dan meja. Lantai 2 terdiri dari kamar tidur dan balkon. Sebagian bintang kerlap kerlip di tengah luasnya lautan.Â
Sambil menengadah pikiranku melayang, "Kenapa laut seindah ini dan kaya sumderdayanya, namun penuh kotoran...?"Â
Kembali ke dusun Puntondo, desa Laikang. Wilayah ini menghadap langsung ke laut. Jamaknya penduduk nelayan, tingkat kesejahteraannya terbatas. Ini terkofirmasi dengan data pengangguran desa yang berjumlah sekitar 35,7 % dari jumlah penduduk (data 2015).
Meski pantai tercemari sampah, namun laut ini kaya rumput laut, lobster dan aneka jenis ikan laut lain. Total produksi hasil laut desa (2015) sebesar; 69,59 persen rumput laut, 18,20 persen ikan dan kepiting, dan 3,21 persen lobster (lihat, Andi Samsir, "Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Desa Laikang, Kec. Mangrabombang, kab. Takalar")