Mohon tunggu...
Mh Firdaus
Mh Firdaus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Penulis dan Traveler amatir. Menggali pengetahuan dari pengalaman terus membaginya agar bermanfaat bagi banyak khalayak..

Selanjutnya

Tutup

Trip

Piaynemo, Lukisan Alami di Raja Ampat

20 Juni 2021   11:48 Diperbarui: 20 Juni 2021   20:55 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagai ikan menemani wisatawan berenang tanpa risih (dok. Misooltrip)

Baru kapal berlabuh 30 menitan dari pasir timbul, gelombang ombak hadir perlahan. Speed boat oleng ke kiri dan ke kanan. Kondisi ini masih wajar, kata kapten. Untuk mempersingkat waktu perjalanan, Kapten menambahn kecepatan. Saat itu, kapal betul-betul melaju lencang di tengah laut. Percikan airnya memuncah ke udara. Jendela kapal pun ditutup.

Tak dinyana, seketika ombak setinggi 2 meter menghadang kapal kami yang tengah melaju. Tak ada jalan lain, Kapal menabrak gundukan ombak tersebut. Semua penumpang berteriak kencang.  Kapten mengurangi kecepatan kapal perlahan dan ia menghentikannya beberapa menit untuk menghindar ombak. Semua penumpang terpana, karena kaget. Di tengah laut kapal membatu sesaat. Aku was-was, karena tak terlihat kapal lain melintas. Seolah kami sendiri di tengah-tengah laut.

Langit hitam berkerumun di atas kapal. Itu bertanda hujan dan badai segera datang. Perlahan kapal jalan melipir mencari celah ombak di tengah laut. Beberapa menit, Kapten memacu kecepatan kapal kembali. Semua penumpang bersorak, "Hore... hidup kapten !!!". Ia pun tersenyum. Iya mengegas kembali laju kapalnya.

Awak kapal meminta penumpang untuk berpindah tempat duduk, biar konidis kapal berimbang antara sebelah kanan dan kiri. Tiba-tiba petir menyambar, seperti pas diatas kapal. Rasa khwatir mengelayuti semua penumpang. Aku melihat raut wajah penumpang kapal pucat pasi. Awak kapal menenangkan situasi dan berkata bahwa kondisi seperti ini biasa di laut. Namun aku merasa situasinya sudah bahaya. Setelahnya, ombak besar bergelombang hadir bertalu-talu menghadang laju kapal.

Sejenak, kapal berlabuh di sela-sela ombak, sambil melompat-lompat. Para penumpang sesekali berteriak, karena hantaman ombak terhadap kapal. Tanpa sepengetahuan penumpang lain, sobat duduk di depanku muntah. Ia menangis sesegukan. Ia khawatir kalau-kalau semua penumpang di kapal tenggelam dan dimakan ikan hiu. Teman sebelahnya menenangkan. Sekitar satu jam, kapal terombang-ambing di tengah laut dibarengi hujan lebat dan badai. Dengan sabar, kapten  menjaga kapal dengan mencari celah dan menyeimbangkan kecepatan guna tidak oleng diterjang ombak dan melaju aman.

Setelah melalui rintangan dan gelombang, dari kejauhan, samar-samar kami melibat dermaga kota Sorong. Salah satu awak kapal berteriak bahwa kita sudah dekat ke daratan. Suara itu  memotivasi penumpang untuk berharap segera sampai. Dag dig dug hatiku berharap cemas semoga suara awak kapal benar adanya. Sayup-sayup lengkingan adzan dari daratan terdengar. Tepat pukul 18.30, kapal mendarat. Alhamdulillah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun