Seperti tertulis di laporan draft VNR 2019 bagian pendidikan, penulis mencermati hanya beberapa target Gol 4 pendidikan yang disampaikan, seperti; tentang APK (angka partisipasi kasar), kemampuan leterasi, presentasi kualitas guru melalui sertifikasi, dsb. Semua targetnya mengarah kepada pendidikan formal. Pertanyaannya kenapa hanya target tertentu yang diungkap sebagai capaian negara? Padahal masih banyak inisiatif dan capaian berbagai masyarakat dalam pendidikan, baik formal dan alternative.
Target 4.6 dan 4.7 tentang pendidikan sepanjang hayat yang memberi proporsi kepada model pendidikan alternatif belum tereksplorasi. Saat penulis tanya kepada tim penyusun draft, mereka menjawabnya bahwa itu mungkin dilakukan, namun kelangkaan data BPS (sebagai institusi resmi negara) yang regular tentang inisiatif tersebut jadi kendala. Di sinilah arti penting data BPS harus kaya dan bertransformasi mengikuti serta menjangkau semua aspek yang digeluti masyarakat.
Sayang, inisiatif pendidikan yang kaya dan beranekaragam masyarakat Indonesia belum terangkum dalam VNR Indonesia. Masyarakat global sejatinya belajar dari kekayaan model pendidikan Indonesia. Negara kepulauan, dan bangsa multi etnis yang menyimpan kekayaan dan pengalaman pendidikan. Kekayaan model pendidikan kian terasa manfaatnya ketika intoleransi dan populisme menguat akhir-akhir ini.
Model pendidikan Islam Moderat yang memiliki sejarah panjang, dan jenis pendidikan sepanjang hayat di berbagai daerah menjadi "penggerem" gejala tersebut. Dalam konteks itu, capaian pendidikan kuantitatif dalam VNR harus diperkaya model pendidikan alternative dari masyarakat, sehingga capaian pendidikan Indonesia mendapat konteks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H