Mohon tunggu...
Mh Firdaus
Mh Firdaus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Penulis dan Traveler amatir. Menggali pengetahuan dari pengalaman terus membaginya agar bermanfaat bagi banyak khalayak..

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Perempuan Indonesia Masih Enggan Manfaatkan Layanan Kesehatan Reproduksi

4 Desember 2017   14:56 Diperbarui: 5 Desember 2017   12:48 2206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesehatan reproduksi bukan problem perempuan semata, namun pasangan dan juga negara dalam pemberian layanannya. Lebih jauh, problematika perempuan di kesehatan reproduksi menjadi gambaran bagaimana situasi perempuan secara makro. Sehat bukan saja bermakna klinis, namun memiliki arti sosial. Perempuan dibilang sehat tidak hanya memiliki tubuh dan  jiwa yang sehat, namun bagaimana lingkungan sekitar (budaya, kebijakan negara, program, dsb) mendukungnya dengan baik. Maka bila ketidakadilan masih terus menimpa perempuan ranah sosial, maka kesehatan reproduksi menjadi areal terdampak lainnya. 

Di sinilah semua kalangan harus bersinergi memperbaiki perlakuan terhadap politik kesehatan reproduksi manusia. Di dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) nomor 3.7, diharapkan tahun 2030, negara menjamin akses universal terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk keluarga berencana, informasi dan pendidikan, dan integrasi kesehatan reproduksi ke dalam strategi dan program nasional. 

Tujuan ini memiliki indikator adanya proporsi perempuan usia reproduksi (15-49 tahun) atau pasangannya yang memiliki kebutuhan keluarga berencana dan menggunakan alat kontrasepsi metode modern. Dan angka prevalensi penggunaan metode kontrasepsi (CPR) semua cara pada Pasangan Usia Subur (PUS) usia 15-49 tahun yang berstatus kawin, serta angka penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) cara modern).

Dari sini jelas, bahwa kemauan semua pihak -- terutama negara -- layak ditunggu. Bila ingin melihat bagaimana politik perempuan dikelola, maka -- salah satunya -- lihatlah bagaimana pengaturan politik kesehatan reproduksi oleh negara dengan baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun