Tahun 2014 sebanyak 5,97 juta orang.
Penurunan yang cukup signifikan ini menempatkan Indonesia sebagai negara peringkat ke-3 yang berhasil menurunkan jumlah penduduk buta aksara. Namun prestasi ini belum bisa mengangkat Indonesia dari peringkat ke-38 negara terbanyak penduduknya yang buta huruf.
Berdasarkan data bindikmas.kemdikbud.go.id tahun 2010, tiga provinsi dengan jumlah buta aksara tertinggi yaitu Jawa Barat (718.107), Jawa Tengah (977.961), dan Jawa Timur (1.900.403).
Sedangkan provinsi dengan jumlah buta aksara terendah yaitu Maluku Utara (19.226), Sulawesi Utara (17.338), dan Kalimantan Utara (15.639).
Sungguh sebuah ironi provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang jumlah penduduk buta aksaranya tiga terbesar se-Indonesia. Pulau yang padat penduduknya dan dianggap pulau termaju pembangunannya dibanding pulau lain. Angka ini memang tidak mewakili perbandingan dengan jumlah penduduk di provinsi tersebut, namun tetap saja tugas paling utama pemimpin daerah terkait.
Secara nasional perempuan lebih tertinggal daripada laki-laki dalam hal melek aksara. Jumlah buta huruf perempuan bahkan dua kali lipat dari laki-laki.
Mayoritas jumlah penduduk buta huruf di Indonesia berusia 45-59 tahun. Sayangnya penduduk di usia produktif menempati urutan kedua tertinggi.
Salah satu penyebab buta huruf adalah tingginya jumlah anak putus sekolah dasar. Sebagian lain mungkin ada yang tak mampu bersekolah, namun seharusnya bisa diatasi oleh program sekolah gratis. Sisanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan untuk generasi masa depan.
Menyambut hari aksara 8 September, mari kita bantu dan dukung anak-anak putus sekolah agar menjadi generasi bangsa yang cerdas, berkarakter, berdaulat dan mandiri.
Tulisan ini dapat dibaca juga di IDNations.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H