Buta aksara masih menjadi PR pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dari data Kemendikbud, jumlah buta aksara di seluruh Indonesia sebanyak 5,97 juta jiwa atau 3,7% dari total penduduk Indonesia hingga akhir 2014.
Angka ini merupakan penurunan dari berbagai program tahun ke tahun memberantas buta aksara atau buta huruf. Indonesia sendiri termasuk negara teratas yang berhasil mengurangi angka buta aksara bersanding dengan Uni Soviet, Kuba, Nikaragua, Venezuela, dan Bolivia.
Jumlah Buta Aksara
Mengutip dari laman www.paud-dikmas.kemdikbud.go.id pengurangan jumlah buta aksara di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai berikut:
Tahun 2004 sebanyak 15,4 juta orang.
Tahun 2005 sebanyak 14,89 juta orang.
Tahun 2006 sebanyak 12,80 juta orang.
Tahun 2007 sebanyak 11,82 juta orang.
Tahun 2008 sebanyak 10,87 juta orang.
Tahun 2009 sebanyak 8,76 juta orang.
Tahun 2010 sebanyak 7,75 juta orang.
Tahun 2012 sebanyak 6,4 juta orang.
Tahun 2014 sebanyak 5,97 juta orang.
Penurunan yang cukup signifikan ini menempatkan Indonesia sebagai negara peringkat ke-3 yang berhasil menurunkan jumlah penduduk buta aksara. Namun prestasi ini belum bisa mengangkat Indonesia dari peringkat ke-38 negara terbanyak penduduknya yang buta huruf.
Berdasarkan data bindikmas.kemdikbud.go.id tahun 2010, tiga provinsi dengan jumlah buta aksara tertinggi yaitu Jawa Barat (718.107), Jawa Tengah (977.961), dan Jawa Timur (1.900.403).
Sedangkan provinsi dengan jumlah buta aksara terendah yaitu Maluku Utara (19.226), Sulawesi Utara (17.338), dan Kalimantan Utara (15.639).
Sungguh sebuah ironi provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang jumlah penduduk buta aksaranya tiga terbesar se-Indonesia. Pulau yang padat penduduknya dan dianggap pulau termaju pembangunannya dibanding pulau lain. Angka ini memang tidak mewakili perbandingan dengan jumlah penduduk di provinsi tersebut, namun tetap saja tugas paling utama pemimpin daerah terkait.
Secara nasional perempuan lebih tertinggal daripada laki-laki dalam hal melek aksara. Jumlah buta huruf perempuan bahkan dua kali lipat dari laki-laki.
Mayoritas jumlah penduduk buta huruf di Indonesia berusia 45-59 tahun. Sayangnya penduduk di usia produktif menempati urutan kedua tertinggi.
Salah satu penyebab buta huruf adalah tingginya jumlah anak putus sekolah dasar. Sebagian lain mungkin ada yang tak mampu bersekolah, namun seharusnya bisa diatasi oleh program sekolah gratis. Sisanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan untuk generasi masa depan.
Menyambut hari aksara 8 September, mari kita bantu dan dukung anak-anak putus sekolah agar menjadi generasi bangsa yang cerdas, berkarakter, berdaulat dan mandiri.
Tulisan ini dapat dibaca juga di IDNations.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H