Namun seiring waktu berjalan, Pemerintah malah ngotot bergabung dengan tim Ad Hoc FIFA, dan terkesan memaksakan sekalipun ini sudah menjadi kesepakatan FIFA di kongresnya lalu dan menganggap tim ini tidak akan dapat berbuat apa-apa "tanpa ada unsur pemerintah didalamnya". Perlu diketahui bahwa keputusan kongres, hanya dapat dianulir oleh kongres juga. Jadi, jika Pemerintah masih ngotot dengan hal itu, Pemerintah harus menunggu sampai kongres FIFA selanjutnya. Jika demikian, mau sampai kapan konflik ini akan selesai, Menpora?
Jika mengingat film Baghban diatas, sekalipun itu sangat biadab, seorang anak memang sedikit bisa mengetahui akan bagaimana kehidupan orang tuanya beberapa tahun lagi di usianya yang sudah tua tersebut. Sang anak mungkin merasa, orang tuanya kelak tidak akan jauh berbeda dengan saat itu. Namun bagaimana dengan Pemerintah soal kasus PSSI? Itu namanya kebobolan 7 turunan, bukankah Pemerintah tahu jika FIFA itu punya aturan yang mengharamkan campur tangan Pemerintah dan lebih mengutamakan organisasi yang berafiliasi dengannya.Â
Pemerintah tidak peka dan seenaknya sendiri, itulah yang pertama tersirat terkait situasi ini. Mau bagaimana sepakbola Indonesia tanpa FIFA, jika Pemerintah berniat membatasi ruang gerak tim Ad Hoc nantinya. Aktifitas sepakbola memang tidak diharamkan sekalipun dibanned oleh FIFA. Namun, apa untungnya sepakbola jika hanya didalam negeri saja, dan dikucilkan dipergaulan dunia. Dalam hal ini, negara sebenarnya tidak kalah dan jangan pernah merasa kalah. Negara berkewajiban memberi kebahagiaan bagi rakyatnya, dalam hal ini hiburan dan kebanggaan yang bisa meningkatkan kesejahteraan mereka-mereka yang bisa mengambil "keuntungan" didalamnya.
Mulai saat ini, tindakan nyata yang harus dilakukan Pemerintah adalah dengan memberi dukungan penuh pada tim Ad Hoc yang akan mulai bekerja. Dukungan penuh dalam artian, tidak membatasi dan tidak pula membiarkan begitu saja, apalagi tim ini masih menimbulka kecurigaan-kecurigaan dari berbagai pihak. Pemerintah jangan mengambil kesimpulan dari salah satu pihak saja, tapi perlu dari berbagai sumber agar tidak salah melangkah yang ujung-ujung bisa membuat keruh suasana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H