Mohon tunggu...
Idik Saeful Bahri
Idik Saeful Bahri Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang rakyat yang selalu menggugat

Saya merupakan lulusan Fakultas Hukum, S1 ditempuh di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sementara S2 dituntaskan di UGM Yogyakarta. Jadi, percayalah dalam masalah hukum, saya siap bertanggung jawab untuk setiap tulisan saya. Adapun tulisan saya diluar hukum, anggap saja hiburan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Eyang Hasan Maolani Lengkong

2 Februari 2020   20:34 Diperbarui: 8 Maret 2020   13:07 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah Eyang Hasan Maolani merasa cukup akan penguasaan ilmu agama dan bermukim di Desa Lengkong, banyak santri yang mulai berdatangan untuk menimba ilmu kepada beliau. Dalam setiap tahun, jumlah santri Eyang Hasan Maolani terus bertambah.

Dengan bertambahnya jumlah santri inilah, pengaruh Eyang Hasan Maolani semakin meluas. Di sela-sela pengajiannya, Eyang Hasan Maolani selalu mengingatkan para santrinya bahwa upaya perlawanan terhadap segala bentuk penjajahan—termasuk pendudukan yang dilakukan kolonial Belanda—merupakan upaya jihad yang diridhai Allah.

Semakin kuatnya pengaruh Eyang Hasan Maolani, semakin berkembang pula ide-ide jihad yang tertanam di benak santrinya. Hal ini yang membuat pihak Belanda merasa terancam akan kehadiran Eyang Hasan Maolani, sehingga untuk mencegah perluasan pengaruh yang semakin besar, pihak kolonial Belanda resmi menahan Eyang Hasan Maolani pada tanggal 9 April 1841 (17 Shafar 1257).

Dalam sudut pandang Belanda, pengaruh Eyang Hasan Maolani ini dianggap cukup luas dan bisa membahayakan eksistensi pemerintahan kolonial. Atas berbagai macam pertimbangan, Eyang Hasan Maolani kemudian diasingkan ke daerah sekitaran Manado, Sulawesi Utara, bersama dengan para tahanan lain yang merupakan gerilyawan perang Diponegoro yang dikomandoi Kiai Mojo.

Penghujung hayat Eyang Hasan Maolani dihabiskan di tempat pengasingan. Namun sebelum wafatnya Eyang Eyang Hasan Maolani pada tanggal 29 April 1874, beliau mengirimkan beberapa lembar rambutnya untuk dikubur di tanah kelahirannya, Lengkong, dengan maksud agar keturunannya kelak tidak memiliki beban ziarah hingga Sulawesi Utara.

========================

Oleh : Idik Saeful Bahri, S.H., M.H.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun