Perlahan langkahnya berjalan
tertunduk lesu, tertunduk malu
perlahan suaranya memecah
kala dingin, kala rindu
keputusan seperti menjemput takdir
berjibaku dengan dunia yang semakin risau
berjibaku dengan jiwa yang semakin hilang kemilau
sampai kapan, katanya.
sampai kapan, ujarnya.
ia hanya bisa meneruskan langkah
dengan keroncong lagu lelah dari perutnya
apakah dunia tercipta bukan untuk pemalu sepertiku
apakah dunia tercipta karena ada ketidakberuntungan
mengapa, katanya
mengapa, ujarnya
harus aku yang menerima itu
tapi, tetap saja sang keras kepala tidak menoleh
tak terlintas sejentik kisah kemarin
walau wajah tanpa seyum
namun dunia sesungguhnya tahu
bahwa ia sedang mempersiapkan itu
freedom from the dream....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H