Mohon tunggu...
Idhofi Khusna Baihaqqi
Idhofi Khusna Baihaqqi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terjaganya Budaya Nenek Moyang di Tengah Modernisasi dan Globalisasi

6 Mei 2020   12:00 Diperbarui: 6 Mei 2020   11:57 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://ekoholic44.blogspot.com

Indonesia merupakan negara heterogen dengan wilayah yang sangat luas, didalamnya terdapat ribuan pulau, bermacam-macam agama, suku, bahasa, budaya, dan adat istiadat. Kehetrogenan dan luasnya wilayah ini menjadikan bangsa Indonesia sangat rentan terhadap konflik. Namun, bisa dibilang Indonesia merupakan Negara yang beruntung karena memiliki sebuah budaya yang dapat menyatukan dari keheterogenan yang dimiliki. Budaya itu adalah budaya gotong royong, budaya yang telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

Budaya gotong royong sendiri merupakan sebuah istilah yang memiliki arti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Budaya ini telah memiliki akar kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan telah dimiliki bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Gotong royong merupakan cerminan dari sila ketiga Pancasila.

Cukup disayangkan di era modern saat ini, budaya gotong royong semakin terkikis sebagai dampak dari globalisasi yang terjadi, padahal budaya ini mengandung banyak nilai dan memiliki banyak manfaat. Globalisasi bagaikan dua mata pisau yang tajam, satu mata pisau sebagai dampak positif sementara yang satunya sebagai dampak negatif.

Tidak dapat dipungkiri dampak positif yang ditimbulkan cukup besar, tetapi dampak negatifnya pun tidak kalah besar. Seiring berjalannya waktu, globalisasi telah mengubah karakter masyarakat Indonesia menjadi lebih induvidualis. Karakter ini menjadi salah satu ancaman terhadap budaya gotong royong yang notabenanya memerlukan kerjasama dalam bekerja untuk mencapai suatu tujuan.

Namun perlu diketahui bahwa di tengah globalisasi yang sedang terjadi, budaya ini tidak hilang sepenuhnya dari Indonesia. Sebab di beberapa wilayah, budaya ini masih cukup terjaga tidak terkecuali di wilayah tempat saya tinggal, tepatnya di Kabupaten Sidoarjo. Sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur yang terkenal sebagai kota delta. Letaknya bersebelahan dengan salah satu kota besar di Indonesia sekaligus sebagai ibu kota Provinsi Jawa Timur, yaitu Kota Surabaya.

Walaupun letaknya bersebelahan dengan salah satu kota besar di Indonesia, tetapi budaya di wilayah ini masih cukup terjaga, salah satunya adalah budaya gotong royong. Meskipun dampak globalisasi yang terjadi di wilayah ini sudah bisa dirasakan, tetapi sebagian besar masyarakat masih bersosialisasi dengan baik dan melakukan beberapa pekerjaan secara bersama-sama.

Di Kabupaten Sidoarjo, gotong royong masih banyak dilakukan mulai dari hal yang sifatnya sederhana hingga hal yang bersifat kompleks. Contohnya, pada saat akan memasuki hari kemerdekaan Indonesia masyarakat bergotong-royong untuk membersihkan dan merapikan desa.

Para pria melakukan kegiatan mulai dari membersihkan halaman rumah masing-masing, jalan, fasilitas umum, selokan, memasang bendera hingga mengecat gapura. Sementara, para wanita membersikan rumah masing-masing dan menyiapkan makanan untuk dinikmati bersama nantinya. Mereka membagi tugas dan bekerja secara bersama-sama agar pekerjaan yang dilakukan dapat selesai dengan efektif dan efisien.

Contoh lainnya, pada saat ada pembangunan musholla atau fasilitas umum lainnya atau bahkan pembangunan rumah warga, masyarakat tetap bekerja sama untuk menyelesaikan pembangunan walaupun sudah terdapat kuli bangunan yang dibayar untuk melakukan pekerjaan itu.

Prinsip yang sama masih tetap digunakan yaitu dengan mambagi tugas. Kaum adam bergotong royong melakukan pekerjaan yang berhubungan langsung dengan pembangunan tersebut, sementara kaum hawa menyiapkan makanan dan minuman sebagai hidangan serta makanan dan minuman untuk dinikmati bersama.

http://ekoholic44.blogspot.com
http://ekoholic44.blogspot.com
Selain bergotong royong dalam membersihkan desa dan membangun fasilitas umum, di Sidoarjo terdapat sebuah tradisi yang bernama Nyadran. Tradisi Nyadran dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sekaligus supaya diberi hasil yang melimpah serta diberi keselamatan selama melaut. Nyadran merupakan bentuk peragaan cara nelayan mengambil kupang di tengah Selat Madura. Setiap penyelenggaraan tradisi ini selalu ramai dipenuhi masyarakat yang ingin menonton dan masyarakat yang akan mengikuti tradisi ini.

Seluruh masyarakat yang akan mengikuti tradisi ini baik pria maupun wanita, besar kecil semuanya ikut bergotong royong membagi tugas untuk menyelenggarakan tradisi ini. Para pria menyiapkan perahu yang digunakan untuk Nyadran lalu menghiasnya dan menyiapkan sound system yang akan dipasang di atas perahu. Para wanita menyiapkan makanan dan sesaji yang akan dibawa Nyadran. Tradisi Nyadran tetap dilakukan di tengah modernisasi dan globalisasi yang terjadi karena kepercayaan yang dianut masyarakat dan demi menjaga kelestarian tradisi nenek moyang.

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan satu sama lain dalam menjalani hidup. Sifat induvidualisme yang sebagai salah satu dampak negatif yang ditimbulkan globalisasi merupakan sebuah ancaman yang serius terhadap budaya gotong royong. Budaya ini memerlukan sifat masyarakat yang tidak individualis yang hanya mementingkan dirinya sendiri.

Sebenarnya ancaman budaya gotong royong ini dapat diminimalisir dengan menyaring semua budaya yang masuk dari luar dan tidak terpengaruh oleh dampak negatif dari globalisasi itu sendiri. Sudah sepatutnya budaya gotong royong yang telah menjadi karakteristik bangsa Indonesia dipertahankan dan dilestarikan karena memiliki banyak manfaat dan nilai yang sangat baik bagi kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun