Seluruh masyarakat yang akan mengikuti tradisi ini baik pria maupun wanita, besar kecil semuanya ikut bergotong royong membagi tugas untuk menyelenggarakan tradisi ini. Para pria menyiapkan perahu yang digunakan untuk Nyadran lalu menghiasnya dan menyiapkan sound system yang akan dipasang di atas perahu. Para wanita menyiapkan makanan dan sesaji yang akan dibawa Nyadran. Tradisi Nyadran tetap dilakukan di tengah modernisasi dan globalisasi yang terjadi karena kepercayaan yang dianut masyarakat dan demi menjaga kelestarian tradisi nenek moyang.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan satu sama lain dalam menjalani hidup. Sifat induvidualisme yang sebagai salah satu dampak negatif yang ditimbulkan globalisasi merupakan sebuah ancaman yang serius terhadap budaya gotong royong. Budaya ini memerlukan sifat masyarakat yang tidak individualis yang hanya mementingkan dirinya sendiri.
Sebenarnya ancaman budaya gotong royong ini dapat diminimalisir dengan menyaring semua budaya yang masuk dari luar dan tidak terpengaruh oleh dampak negatif dari globalisasi itu sendiri. Sudah sepatutnya budaya gotong royong yang telah menjadi karakteristik bangsa Indonesia dipertahankan dan dilestarikan karena memiliki banyak manfaat dan nilai yang sangat baik bagi kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H