“Halah……ngomong apa to ini orang?”, bisik seorang tamu kepada tamu yang duduk di sampingnya.
“Biasa, dia itu sok mau melucu, tapi nggak lucu!”, jawab tamu yang di sebelahnya.
“Saudara-saudara, seperti kita tahu, sebentar lagi saya akan lengser keprabon. Nah, sebelum itu sampai pada saatnya, saya ingin bercerita suka duka saya selama saya menjabat. Saya berharap, apa yang akan saya sampaikan berguna bagi pejabat lurah selanjutnya!”
Hadirin saling berbisik. Suasana agak ramai.
“Perlu saya sampaikan, bahwa masalah terbesar yang saya hadapi selama menjabat adalah bagaimana saya harus menghadapi musuh-musuh saya. Saya maklum bahwa ada saja yang memusuhi saya dengan berbagai alasan. Yang jelas, ada dulu yang ingin sekali menjadi lurah tetapi kalah saingan sama saya dan terus memusuhi saya. Ya, saya terima. Saya malah mendoakan agar dia diberikan jalan terang dan kebahagiaan.
Ada lagi dulu yang ingin sekali agar anaknya bisa bekerja di kantor kelurahan, tetapi tidak saya bantu sehingga gagal, terus menjadikan saya sebagai musuhnya. Begitupula yang ingin membuka warung di depan kantor kelurahan ini, tetapi saya larang, juga terus memusuhi saya. Semua saya terima, dan saya hanya bisa mendoakan mereka”
“Ih, kurang ajar ini orang. Mosok sampai cerita soal itu segala?”, bisik istri seorang staf tata usaha kelurahan.
“Memangnya Jeng tahu siapa orangnya?”, tanya istri Kaur Keamanan yang duduk di sebelahnya.
“Iya, waktu itu saya yang akan jualan. Eh, gak boleh sama dia. Katanya mengganggu pemandangan, nanti jadi kotor!”, jelas istri staf TU itu sambil mendengus.
“Ohh….!”
“Nah, saudara-saudara, semoga cerita saya tadi menyadarkan saudara-saudara bahwa menjadi pemimpin itu berat. Banyak yang harus dihadapi. Jadi, bila memang tidak siap, ada baiknya berpikir kembali sebelum meutuskan menjadi pemimpin…”