Mohon tunggu...
Guido
Guido Mohon Tunggu... wiraswasta -

Menggeser keluh di kepala menuju hati yang menerima

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sulitnya Mencari Sisi Baik dari Prabowo

15 Juni 2014   23:36 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:35 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Copras Capres kali ini memang dihadapkan pada pertarungan diametral yang diikuti 2 pasangan calon. Nomor urut 1 Prabowo-Hatta versus Jokowi-JK nomor urut 2. Pertarungan 2 pasangan calon presiden ini adalah bagian dari proses demokratisasi di Indonesia yang saya yakini akan menuju ke arah lebih baik dari waktu ke waktu.

Kalaupun hal itu tidaklah mudah karena terkait dengan kesiapan masyarakat untuk belajar dewasa menghadapi perbedaan pilihan diantara mereka. Pemilih sudah seharusnya menentukan pilihan bukan sekedar pada afiliasi ideologi atau sentimen tertentu, tapi pilihan ditentukan pada aspek aspek rasional tentang kedua pasangan Capres tersebut. Tentu keduanya memiliki plus minus baik secara personal maupun dari rekam jejaknya.

Siapapun Pemilih yang sudah menentukan pilihan terhadap Capres tertentu selayaknya tidak tersinggung ketika Capres idolanya mendapat kritik apalagi sampe kesurupan he..he.., alih alih berbeda pilihan adalah Hak Asasi Manusia, membenci kepada orang yg berbeda pilihan adalah gejala fasisme juga lho.

Diantara dua capres tersebut, orang paling enggan melihat sisi positif dari Prabowo. Stigmatisasi figur buram sbg penculik dan pelanggar HAM sulit hilang dari benak masyarakat paling tidak bagi mayoritas K'er.  Belum lagi stigmatisasi sbg genetis orde baru dan pria tak beristri dianggap figur yg dianggap tidak lazim,  menambah kesan beliau sebagai figur yang tidak layak.

Jokowi lah paling mudah dicari rekam jejaknya, bukan sekedar media darling yg menghipnotis pembacanya tapi juga konsistensi brand image beliau (dari satu jabatan ke jabatan yang lebih tinggi) personality nya tidak berubah. Jokowi masih  tetap sosok yang sederhana dan merakyat  sebagai figur dambaan rakyat yang blusukannya sulit ditandingi tokoh siapapun. Selain itu jejak rekam Jokowi sebagai Walikota Solo yg berhasil nyaris tak terbantahkan. Ukurannya faktual saja, saat periode kedua mencalonkan kembali sbg Walikota Solo beliau mdapat suara sampai 90 prosen.

Karena keberhasilannya pula, belum genap 2 tahun kali kedua sbg Walikota Solo beliau sudah dicalonkan sebagai Gubernur DKI Jakarta dan berhasil memenangkannya Sebagai Gubernur pertama DKI Jakarta dari  sebelumnya Walikota.

Sesempurna itukah Jokowi? Seburam itukah Prabowo? Tentu Jokowi bukan tanpa cela, ia adalah manusia bukan malaikat. Prabowo pun bukan tanpa kebaikan, hanya Prabowo bukanlah media darling berbeda dengan Jokowi.  Saya kutip status FB dr seorang guru besar.

"Sekitar 8 tahun yang lalu seorang dokter yang masih muda kesulitan mencari beasiswa untu S3 di luar negeri. Rupanya ada dermawan yang membiayainya tanpa pamrih. Sekarang dokter tersebut telah kembali ke tanah air dan giat meneliti. Sang dermawan jadi calon presiden. Siapakah dia / tak ada yang tahu dan mungkin juga tak perlu ada yang tahu".

Siapakah Capres tsb? Bapak Syamsuridjal Djauzi pun tidak memberi penjelasan si dermawan itu, mungkin karena suatu yang tulus dan ikhlas bukanlah untuk dipamerkan.

Namun yang bikin syok (istilah salah seorang yg komentar artikel) adalah saat membaca tulisan ibu Aridha Prassetya di kompasiana tentang Menimbang-nimbang antara Jokowi dan Prabowo. Dalam tulisannya beliau menyampaikan tentang bagaimana cara Tuhan memperlakukan kita, begitupun saat kita menilai figur dari salah satu capres yng memiliki potret kelam yang menjadi bulan-bulanan sejarah. Kenapa kita menyakiti diri sendiri dengan memaksakan pendirian kita bahwa Prabowo harus salah, tidak boleh benar?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun