Norma ganda adalah akar dari kemunafikan yang menjangkiti masyarakat kita. Laki-laki yang bercerai disambut sebagai pejuang yang "memulai babak baru," sementara perempuan dicap sebagai aib, dihukum dengan stigma sosial yang tidak manusiawi. Ini adalah penghinaan brutal terhadap prinsip keadilan dan kesetaraan yang mestinya menjadi dasar kehidupan bermasyarakat.
Lebih kejam lagi, agama sering kali dijadikan senjata untuk melegitimasi ketidakadilan ini. Perempuan dipaksa bertahan dalam pernikahan penuh kekerasan atas nama "kesucian keluarga," sebuah konsep yang diselewengkan demi melestarikan dominasi patriarki. Ketika perceraian tak terhindarkan, agama yang sama digunakan untuk mencerca mereka, menuduh mereka sebagai perusak moral. Kontradiksi ini mencerminkan wajah asli masyarakat kita: pengecut yang berlindung di balik moralitas palsu.
Revolusi Kesadaran: Menggempur Patriarki dan Stigma
Kita tidak membutuhkan sekadar simpati atau retorika kosong. Yang dibutuhkan adalah tindakan radikal untuk menghancurkan stigma perceraian dan mencabut akar patriarki dari masyarakat. Berikut langkah konkret yang harus dilakukan:
- Edukasi Revolusioner: Lakukan kampanye massif yang tidak hanya menyasar anak muda di sekolah tetapi juga merombak mentalitas di tempat kerja, komunitas, hingga institusi keagamaan. Narasi bahwa perceraian adalah kegagalan perempuan harus dihancurkan tanpa ampun.
- Pemberdayaan Total Perempuan: Perempuan pasca perceraian tidak butuh belas kasihan, melainkan akses penuh ke program pemberdayaan ekonomi, pendidikan tanpa batas, dan dukungan psikologis untuk memulihkan martabat mereka.
- Reformasi Hukum Progresif: Hukum harus menjadi alat pembebasan. Aset bersama, hak asuh anak, dan perlindungan dari diskriminasi harus dijamin dengan tegas, tanpa celah untuk penindasan.
- Komunitas Perlawanan: Bangun jaringan solidaritas perempuan sebagai garda terdepan perlawanan. Komunitas ini harus menjadi tempat aman untuk berbagi pengalaman, memperkuat kolektivitas, dan melawan stigma dengan kekuatan kolektif.
Ini bukan sekadar perubahan kecil; ini adalah seruan untuk revolusi. Kita harus menghancurkan patriarki hingga ke akarnya dan membangun masyarakat yang tidak hanya adil, tetapi juga berani memperjuangkan keadilan bagi perempuan yang selama ini disingkirkan dan dihancurkan.
Saatnya Mengakhiri Kemunafikan
Perceraian adalah tindakan radikal yang menuntut keberanian luar biasa, sebuah langkah yang sering kali dilakukan demi kebebasan dan martabat. Namun, masyarakat yang terjebak dalam kebodohan kolektif terus menerapkan labelisasi negatif terhadap perempuan pasca perceraian, mencerminkan budaya patriarki yang keji dan memalukan. Saatnya menghentikan penghakiman ini. Perempuan yang memilih untuk meninggalkan pernikahan yang menindas bukanlah simbol kegagalan, melainkan lambang keberanian yang luar biasa.
Revolusi ini tidak hanya soal membebaskan perempuan dari rantai patriarki, tetapi juga soal membangun masyarakat yang lebih manusiawi dan adil. Masyarakat yang tidak lagi mendefinisikan perempuan melalui status pernikahan mereka, tetapi melalui nilai keberanian, martabat, dan kebebasan.
Patriarki harus dihancurkan hingga ke akar-akarnya. Dunia baru harus dibangun---dunia yang memberikan ruang bagi perempuan untuk mendefinisikan hidup mereka sendiri tanpa tekanan norma usang. Ini adalah seruan untuk perubahan total, sebuah ajakan untuk menciptakan tatanan masyarakat yang tidak hanya adil, tetapi juga benar-benar berpihak pada kebebasan dan martabat setiap individu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H