Mohon tunggu...
Ni Wayan Idayati
Ni Wayan Idayati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyair

Tinggal di Bali

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Nyoman Erawan Melampaui Batas Kreativitas

22 November 2018   16:40 Diperbarui: 23 November 2018   18:10 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Nyoman Erawan boleh jadi bukan generasi Jaman Now alias generasi Milenial, tapi ia bersikukuh menjadi bagian dari kekinian.

Hal ini ia ungkapkan sewaktu menggelar pameran tunggalnya yang bertajuk "Shadow Dance 3" di Bentara Budaya Bali (BBB) pada 28 Oktober 2017 silam. Perupa Nyoman Erawan menolak untuk berhenti pada apa yang telah ia capai selama ini, termasuk tak mau sebatas jadi generasi lampau yang berjarak dengan kekinian. Seolah menyadari, bahwa hanya mereka yang dinamis dan bergerak selaras perkembangan zaman akan mampu bertahan di tengah aneka percepatan kemajuan yang serba bergegas.

Ya, kegelisahan kreatif Nyoman Erawan membawanya jauh melampaui sekat kreativitas yang digelutinya selama ini; visual art. Tak hanya berhenti pada eksplorasi medium kanvas, kolase, dan seni instalasi, Erawan terjun pula menjajal seni panggung dengan menampilkan Monolog Rupa 'Dasa Muka' karya Putu Wijaya pada pembukaan pamerannya.

Dunia panggung atau performing memang bukan hal baru bagi Erawan. Ia sendiri mengungkapkan bahwa sedini muda telah bergelut dengan seni-seni pertunjukan tradisi Bali, bahkan sempat pula terlibat dalam pentas teater bersama Ikranagara. Jauh sebelumnya, ia pernah membuat pertunjukan Cak Seni Rupa "Latta Mahosadhi" (1995) dan performing Ruwatan Bumi (1998).

Keliaran eksplorasi Erawan yang melintas batas ini tentulah bukan semata karena persentuhannya dengan dunia seni dan tradisi di Bali yang kental, namun juga pengaruh pergaulan sewaktu menempa ilmu di STSRI Yogyakarta, berikut pengetahuan-pengetahuan seni rupa Barat yang diperolehnya. Pertemuan arus tradisi dan modern dalam pengalaman kreatif Erawan diakselerasikan dalam laboratorium keseniannya; menjelajah beragam medium, bidang, hingga metode, menjadi penemuan-penemuan baru yang khas Erawan.

Dasa Muka dan Semangat Kebangsaan

Memasuki ruang galeri BBB, hadirin yang khusyuk menyelami karya-karya abstrak Erawan, berikut seni instalasi "Cosmic Dance", dibuat terhenyak ketika sang perupa mengajak penonton bersama-sama melafalkan ikrar Sumpah Pemuda. Dengan menyanyikan lagu "Satu Nusa Satu Bangsa", Erawan lalu menggiring hadirin kembali menuju panggung terbuka BBB; menyaksikan lakon "Dasa Muka".

Sekali lagi, penonton tak hanya diajak menyaksikan pertunjukan monolog sebagaimana umumnya selama ini. Erawan tidak sedang memainkan narasi teks yang sepenuhnya linier, tapi justru ia menyajikan narasi visual yang lebih mengedepankan unsur-unsur simbolik hasil interpretasinya atas naskah Putu Wijaya ini.

Bagi Erawan, seorang perupa tak lagi peduli dengan narasi, tapi dia bermain di wilayah simbolik. Ia tak mau terkungkung definisi. Lewat 'Monolog Rupa', Erawan menawarkan konsep pertunjukan yang lebih cenderung merespon ruang, gesture, serta benda-benda sekaligus menghadirkannya ke tengah penonton sebagai sebentuk 'karya visual' yang lain. Hal ini diperkuat pula dengan permainan multimedia dan musik yang sugestif.

Pertunjukan Monolog Rupa ini juga merupakan rangkaian Festival Monolog 100 Putu Wijaya yang diinsiasi oleh dramawan Putu Satria Kusuma sepanjang tahun 2017.

"Semangat dan esensi yang saya tangkap dalam monolog "Dasa Muka" ini adalah perihal kebhinekaan yang ada di Indonesia. Meski ada banyak perbedaan, kelompok-kelompok kepentingan dan perebutan kekuasaan, namun sesungguhnya itu menjadi bagian dari dinamika ke-Indonesiaan kita yang tidak bisa kita lepaskan begitu saja. Dan secara bersamaan pertunjukan monolog ini bertepatan dengan momentum perayaan Sumpah Pemuda tangal 28 Oktober, dengan demikian kita ingin menyerukan semangat kebersamaan dan persatuan", ungkap Nyoman Erawan.

Tarian Bayangan Erawan

Merujuk tajuk "Shadow Dance 3", eksibisi tunggal Nyoman Erawan yang berlangsung sedari 28 Oktober -- 6 November 2017 ini menunjukan pergulatan estetis dan pencarian kreatif sang seniman yang terus menerus, sekaligus pemertanyaannya pada konsep "Realita".

Menurut Erawan, apa yang ditampilkannya dalam pameran "Shadow Dance" ini tidak semata dapat dilihat atau dibaca sebagai bentuk visual yang kasat mata, atau sekedar "apa" yang nampak saat ini. Penonton harus jenak, membaca setiap detil garis serta warna, berikut tumpang tindih kolase yang dibuat Erawan dengan mixed media; sebab Erawan sejatinya tengah mengajak kita menghadapi kenyataan puitis --seperti dikutip dari pemikiran Dick Hartoko.

Bagi Erawan sendiri, 17 karya dua dimensi dan 1 seni instalasi, yang ia hadirkan di ruang pameran sepenuhnya membuka peluang bagi publik untuk menafsir dan memahaminya secara terbuka.

"Tarian bayangan" disebutnya bersifat multitafsir; bisa jadi ide, keinginan, atau harapannya sebagai perupa, atau interpretasi lain yang tidak selesai hanya pada wujud tertentu atau pengertian teknis saja. Perihal di mana titik "kenyataan" dari karya-karya yang terhampar di dinding, Erawan sepenuhnya menyerahkannya pada kedalaman intuisi dan persepsi hadirin.

Sebagai kurator pameran, Rizki A. Zaelani membaca karya-karya muthakir Nyoman Erawan ini seperti menegaskan apa yang dijelaskan pemikir Dick Hartoko, bahwa ekspresi "Seni dapat membuka mata kita terhadap kenyataan, bukan kenyataan matematis, melaikan kenyataan puitis" .

Lebih jauh, ia menilai bahwa dimensi puitik lukisan-lukisan Erawan ini dinyatakan bukan untuk menggambarkan representasi tentang dunia terlihat yang kita alami secara biasa, melainkan tentang sebuah ekspresi aktual seorang pelukis untuk merepresentasikan 'rasa yang tak lihat' (unseen feeling) dan 'daya kreatif' (creative power) yang dihayati pelukis yang berkaitan dengan rasa dan daya yang juga dimiliki pihak yang menikmatinya. "Dari titik inilah kita bisa memahami apa yang dimaksud dengan 'tarian bayangan' (shadow dance)".

Sebelum digelar di BBB, Erawan sebelumnya menghadirkan pameran Shadow Dance I (24 November 2016 -- 31 Januari 2017) di Art Space Jakarta; Shadow Dance II (11-13 Agustus 2017) di Art Stage Jakarta.

Perupa lulusan STSRI Yogyakarta ini juga telah menggelar pameran tunggal lain, diantaranya ; "Penciptaan dan Penghancuran", Natayu Contemporary Art Gallery, Sanur, Bali (1995), Pameran tunggal lukisan & instalasi "Keindahan dalam Kehancuran", Komaneka Gallery, Ubud Bali (1999), Pameran tunggal lukisan di The Gallery, Chedi, Kedewatan, Bali (2000), Pameran tunggal "Pralaya: Prosesi Kehancuran dan Kebangkitan", Gedung Bentara Budaya Jakarta (2003), Line and Body Language, Four Season Jimbaran (2004), Salvation of the Soul, Tony Raka Art Gallery (2012), Action & [re]action, ARMA Museum (2014), EMOTIVE, Griya Santrian Gallery (2015).

Peraih penghargaan pertama Phillips Morris Indonesia Award ini dinilai oleh sejumlah pengamat seni selalu berupaya menciptakan karya-karya yang berkualitas dan orisinal. Melalui medium ekspresinya yang beraneka (mixed media) sudah sedini tahun 90-an Erawan mengeksplorasi hal-hal esensial warisan tradisi Bali guna meneguhkan karakter ciptaannya yang khas dan kuat. Penggalian stilistik dan tematik yang mendalam itu terekspresikan pada karya-karyanya yang hadir mempribadi sekaligus menggambarkan respon kreatifnya akan kekinian (kontemporer).

Ya, Nyoman Erawan senantiasa hadir dengan segala kemungkinannya yang mengejutkan. Terbukti ia adalah juga 'pemilik' zaman ini. Di tengah segala yang serba lekas bergegas, ia tak mau ketinggalan. Ia kuasa mengekspresikan serta mengartikulasi elan kreatifnya melalui ragam seni yang lintas batas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun