Kalau mengingat kejadian dan latar belakang bapak membeli komik-komik tersebut, saya mendapat sinyal dari bapak bahwa "No Book Shaming Allowed" alias bapak tidak pernah memandang remeh bahkan kepada buku yang, menurut sebagian orang, berisi cerita-cerita remeh.Â
Sinyal yang dikirim bapak jauh sebelum saya mengerti pengelompokan genre buku dan bahan bacaan. Kebijaksanaan yang disampaikan lewat sikapnya, kepada saya yang masih berusia 6 tahunan, jauh sebelum saya mengerti arti kehilangan, bahkan saat bapak berpulang 5 tahun kemudian.
Bapak pada zaman itu tentulah tidak mengenal istilah "living books" untuk melabeli buku-buku dengan kandungan bahasa sastrawi nan indah dan menyentuh jiwa yang konon bisa meninggalkan jejak istimewa dalam jiwa pembacanya berupa gugahan hati dan bentukan karakter yang halus nan mulia.
Tapi keyakinannya bahwa membaca buku adalah kegiatan yang baik dan bermanfaat sungguh telah menyentuh jiwa saya di kedalaman yang tak terukur dampak dan gemanya hingga saat ini, saat saya sudah memiliki anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H