Mohon tunggu...
Ida Mursyidah
Ida Mursyidah Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Anak Usia Dini

Ibu guru yang gemar membaca, bahkan membaca segala kemungkinan terburuk, untuk menyiapkan mental. Senang menulis, walaupun belum pernah menulis buku solo dan tak akan mampu menulis takdir sendiri. Suka menyimak, meskipun suara hati kecil sering terabaikan. Kadang berbicara, jika memang waktunya tiba dan membawa manfaat bagi yang mendengar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pilih Sekolah Ala Keluarga Santuy

11 Januari 2021   15:45 Diperbarui: 11 Januari 2021   15:51 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Gunakan kesempatan trial class. Cukup banyak sekolah yang menawarkan program coba kelas ini di mana anak dan orangtua bisa mengikuti sesi simulasi proses pembelajaran dalam kurun waktu yang ditentukan. Biasanya trial class diadakan sebelum proses pendaftaran tuntas dilakukan dan tidak mengikat. 

3. Jika pihak sekolah mengadakan sesi wawancara bagi calon pendaftar, gunakan sesi tersebut untuk mewawancarai staf sekolah yang menemui kita. Gali sebanyak mungkin informasi, kesan dan wawasan dari perwakilan sekolah. Apa dan bagaimana kesiapan sekolah dalam masa-masa musibah non-bencana alam, seperti Covid-19. Apa dan bagaimana prosedur kewaspadaan bencana, seperti gempa bumi dan kebakaran, dan lain-lain. Jadilah cerewet di awal daripada harus sering mengajukan complain di kemudian hari.

4. Jangan lewati school tour, di mana anda bisa melihat semua fasilitas yang akan dimanfaatkan anak selama bersekolah. Fasilitas perpustakaan berikut jadwal kunjung dan pinjam bukunya. Fasilitas olahraga berikut jadwal mingguan dan dan tempat ganti pakaian. Tempat makan siang (jika anak menghabiskan waktu makan siang di sekolah) dan pilihan penyedia catering. 

Fasilitas antar-jemput dan lain-lain. Bagi anak saya, fasilitas nomor satu yang harus dipastikan kenyamanannya adalah toilet dan kelengkapan persiapannya, misalnya, toliet duduk atau jongkok yang user-friendly bagi anak-anak usia dini yang ukuran fisiknya tentu berbeda dengan anak pada jenjang yang lebih tinggi. Kenyamanan menggunakan toilet menjadi faktor tak kalah penting dalam membangun kenyamanan untuk membuat anak merasa betah di sekolah. Toiet juga bisa menjadi cerminan manajemen sekolah yang sangat dasar. Bagaimana sekolah merawat toiletnya memberi gambaran seberapa detail dan peduli mereka terhadap perkembangan anak didik.

5. Sesuaikan kemampuan finansial dengan biaya yang dibutuhkan anak. Hitung semua kewajiban administratif, pungutan rutin ataupun sumbangan. Hitung juga biaya transportasi, uang saku, uang makan siang, uang buku dan segala macam biaya yang timbul dari bergabungnya anda ke dalam komunitas orangtua murid. Hitung seberapa siap dan rela anda mengeluarkan sejumlah biaya dengan output yang akan diterima anda sekeluarga dalam wujud anak yang tumbung dan berkembang selaras dengan visi dan misi pendidikan yang anda tetapkan.

Ssttt... tips nomor 6 berikut ini khusus bagi orangtua yang suka nongkrong di sekolah. 

Ada kalanya, karena satu dan lain hal, ibu atau bapak harus tinggal beberapa waktu di sekolah untuk menunggu anak selesai jam belajarnya.  Keluarga saya suka sekolah yang, selain memiliki kantin yang dijamin oleh sekolah, juga menjadi tempat yang menarik pedagang di sekitarnya, baik itu dalam wujud kantin pinggir jalan atau abang-abang bergerobak. Menunggu anak bubar sekolah sambil makan pempek/empek-empek SD, siomay, batagor atau menyeruput es doger  itu nikmat, tauuu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun