Awal tahun menjadi waktu yang pas untuk mulai memilih sekolah bagi orangtua yang akan mendaftarkan ananda pada tahun ajaran baru yang dimulai pada Bulan Juli setiap tahunnya di Indonesia. Bahkan beberapa sekolah favorit sudah memiliki daftar tunggu bagi calon peserta didiknya jauh sebelum tahun ajaran yang dimaksud dimulai. Di kota-kota besar tak terbilang jumlahnya sekolah-sekolah yang memiliki penggemar berat. Konon, para orangtua bersedia mendaftar atau istilahnya booking, lengkap dengan kewajiban administratif (baca: membayar ini itu) misalnya, untuk tingkat Kelompok Bermain, sejak anak tersebut masih di dalam kandungan ibunda.Â
Entah, apakah praktik ini masih ada atau sudah dibenahi dengan yang lebih realistis. Sebelum membuat keputusan untuk mendaftarkan anak anda pada satu institusi pendidikan pasti masing-masing orangtua memiliki sejumlah kriteria yang mesti bisa ditemukan pada sekolah yang dituju. Urusan pilih sekolah menjadi begitu krusial sehingga bisa menyita cukup besar jumlah waktu, energi dan perhatian dengan harapan anak bisa belajar dengan maksimal dan mengurangi keluhan yang mungkin timbul.
Mengapa urusan memilih sekolah bisa sedemikian menyita perhatian, waktu dan tenaga?Â
1. Secara umum, untuk tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, anak-anak akan menghabiskan waktu yang tidak sedikit di sekolah. Bisa jadi mereka menghabiskan 5 hingga 8 jam (full day school) setiap harinya. Sekolah menjelma menjadi rumah kedua bagi anak.
2. Karena sekolah menjadi rumah kedua bagi anak, sekolahlah tempat fisik dan jiwa anak berkembang. Fisik dan jiwa yang membawa segenap potensi, kebaikan, bakat dan minat selayaknya mendapatkan tempat yang tepat untuk bisa berkembang atau justru mati.
3. Urusan sekolah anak sangat mungkin mempengaruhi suasana di dalam rumah dan rumahtangga. Bayangkan sekolah yang diharapkan bisa bekerjasama dengan orangtua dalam mendidik anak, menjadi partner pendidikan justru menghadirkan masalah ke dalam rumah dan membuat anak dan atau orangtua merasa tidak nyaman, tegang dan stress.Â
Hal pertama yang perlu dipikirkan adalah visi dan misi keluarga. Cukup jelaskah visi dan misi keluarga dalam pendidikan anak? Beberapa pasangan suami istri cukup beruntung dengan saling sepakat atas visi dan misi mereka dalam mendidik buah hati. Mereka tentu saja akan mencari sekolah yang bisa mendukung pencapaian visi dan misi pendidikan mereka yang selama ini diterapkan di rumah. Bukankah sebelum ke sekolah, anak sudah (selalu) dididik sejak di rumah? di lingkup keluarganya.Â
Lalu, setelah menemukan yang memiliki visi dan misi yang sejalan dengan visi dan misi pendidikan keluarga, masih ada beberapa hal lagi yang patut dipertimbangkan. Secara administratif, menemukan rumusan visi dan misi sebuah sekolah mudah saja caranya. Kita bisa mengunjungi situs milik sekolah dan membaca semua jenis informasi yang ingin kita ketahui tentang sekolah tersebut. Tapi jangan lega dulu. Segala informasi yang diunggah di sebuah situs adalah informasi yang ingin diketahui secara umum dan bersifat tertulis semata. Ayo, buktikan keselarasan informasi yang tertulis dengan yang menjadi praktik keseharian. Caranya?
1. Kunjungi sekolah yang dituju. Kalau mungkin, justru bukan pada saat mereka menggelar acara Open House. Datanglah pada hari-hari biasa bagi pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Lihat langsung praktik pendidikan dan interaksi antar guru, antara guru dengan siswa, antar siswa dan interaksi seluruh anggota komunitas sekolah (guru, kepala sekolah, petugas kebersihan, petugas keamanan, dan lain-lain).Â
Selama apa kunjungan harus dilakukan? Tak ada patokan waktu yang pasti untuk hal ini. Gunakan semaksimal mungkin kemampuan anda dalam membaca yang tersirat, body language dan serap ambience yang tercipta. Saat berkunjung, anak anda juga bisa menjadi quality controller yang baik. Sekolah ini kan akan menjadi "jodohnya". Libatkan sense dan insting anak dalam memilih tempat tumbuh kembang jiwanya.Â
2. Gunakan kesempatan trial class. Cukup banyak sekolah yang menawarkan program coba kelas ini di mana anak dan orangtua bisa mengikuti sesi simulasi proses pembelajaran dalam kurun waktu yang ditentukan. Biasanya trial class diadakan sebelum proses pendaftaran tuntas dilakukan dan tidak mengikat.Â
3. Jika pihak sekolah mengadakan sesi wawancara bagi calon pendaftar, gunakan sesi tersebut untuk mewawancarai staf sekolah yang menemui kita. Gali sebanyak mungkin informasi, kesan dan wawasan dari perwakilan sekolah. Apa dan bagaimana kesiapan sekolah dalam masa-masa musibah non-bencana alam, seperti Covid-19. Apa dan bagaimana prosedur kewaspadaan bencana, seperti gempa bumi dan kebakaran, dan lain-lain. Jadilah cerewet di awal daripada harus sering mengajukan complain di kemudian hari.
4. Jangan lewati school tour, di mana anda bisa melihat semua fasilitas yang akan dimanfaatkan anak selama bersekolah. Fasilitas perpustakaan berikut jadwal kunjung dan pinjam bukunya. Fasilitas olahraga berikut jadwal mingguan dan dan tempat ganti pakaian. Tempat makan siang (jika anak menghabiskan waktu makan siang di sekolah) dan pilihan penyedia catering.Â
Fasilitas antar-jemput dan lain-lain. Bagi anak saya, fasilitas nomor satu yang harus dipastikan kenyamanannya adalah toilet dan kelengkapan persiapannya, misalnya, toliet duduk atau jongkok yang user-friendly bagi anak-anak usia dini yang ukuran fisiknya tentu berbeda dengan anak pada jenjang yang lebih tinggi. Kenyamanan menggunakan toilet menjadi faktor tak kalah penting dalam membangun kenyamanan untuk membuat anak merasa betah di sekolah. Toiet juga bisa menjadi cerminan manajemen sekolah yang sangat dasar. Bagaimana sekolah merawat toiletnya memberi gambaran seberapa detail dan peduli mereka terhadap perkembangan anak didik.
5. Sesuaikan kemampuan finansial dengan biaya yang dibutuhkan anak. Hitung semua kewajiban administratif, pungutan rutin ataupun sumbangan. Hitung juga biaya transportasi, uang saku, uang makan siang, uang buku dan segala macam biaya yang timbul dari bergabungnya anda ke dalam komunitas orangtua murid. Hitung seberapa siap dan rela anda mengeluarkan sejumlah biaya dengan output yang akan diterima anda sekeluarga dalam wujud anak yang tumbung dan berkembang selaras dengan visi dan misi pendidikan yang anda tetapkan.
Ssttt... tips nomor 6 berikut ini khusus bagi orangtua yang suka nongkrong di sekolah.Â
Ada kalanya, karena satu dan lain hal, ibu atau bapak harus tinggal beberapa waktu di sekolah untuk menunggu anak selesai jam belajarnya.  Keluarga saya suka sekolah yang, selain memiliki kantin yang dijamin oleh sekolah, juga menjadi tempat yang menarik pedagang di sekitarnya, baik itu dalam wujud kantin pinggir jalan atau abang-abang bergerobak. Menunggu anak bubar sekolah sambil makan pempek/empek-empek SD, siomay, batagor atau menyeruput es doger  itu nikmat, tauuu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H