Oleh: Ida Sudiyar Megawati
Â
Ada yang hilang dan datang
Ada yang bersyukur ada yang tersungkur
Terketuk hati, bahwa hidup bukan perkara diri sendiri
Terketuk hati, bahwa rindu tidak menyerang diri sendiri
Kini, mendengar sepatah kata jadi berarti
Setiap sore selalu dinanti-nanti
Suara dering telepon berbunyi
Tuk lekas melepas rindu yang meradang
Lewat video dan berbincang
Ini musim pandemi, bukan musim semi
Tak bisa kutemui sang pujaan hati
Hingga timbul beberapa penyakit hati
Kepada angin yang membuatku murka
Bagaimana dia bisa bebas menyapa lewat sela-sela cendela
Ada senja yang bikin iri
Ia bisa mendekapmu tenang setiap menjelang gelap hari
Ada kupu-kupu yang bikin cemburu
Dia bisa terbang dan menatap lekat tawamu
Sungguh seharusnya itu aku!
Pandemi membuat jarak, yang seharusnya dekat
Membuat rindu, dari segala umat
Betapa pilu melihat kakek dan nenek duduk di depan teras. Sekedar mengingat-ingat canda cucunya
Ada sang adik yang sudah menyusun rencana menjahili kakaknya, meski tak kunjung jumpa
Ada sanak saudara yang belajar seribu satu resep masakan untuk di makan bersama
Ada yang berusaha keras menata hati
Menyadari
Bahwa perjumpaan sangatlah berarti
Pandemi lekaslah pergi!
Batu, 28 April 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI