Mohon tunggu...
Ida S
Ida S Mohon Tunggu... Freelancer - Joyful

Soshite Ikiru

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memutuskan Childfree, Apakah Berarti Egois?

31 Agustus 2021   12:32 Diperbarui: 1 September 2021   11:16 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan juga Jepang merupakan negara yang mempunyai etos kerja keras, dan memiliki jam kerja tinggi sehingga karyawan Jepang tidak pernah cuti dan mengakibatkan  karoshi tinggi.

Jika karyawan waktunya dihabiskan dengan bekerja berarti mereka tidak punya waktu lagi untuk keluarga, jika mereka pasangan pengantin baru mungkin ini menghambat mereka punya anak tentu saja, ataupun yang lajang akhirnya memutuskan untuk tidak menikah karena tidak ada waktu untuk bersosialisasi.

Keputusan keluarga memilih childfree terkadang tidak sepenuhnya keinginan mereka tetapi keadaan atau lingkungan yang memaksa mereka untuk berbuat demikian.

Ada juga keluarga yang memilih childfree dikarenakan sang wanita tahu kelemahan psikologis dan mentalnya, dia tidak mau mempunyai anak selain karena merasa tidak sanggup menjadi seorang  ibu, takut pula mewarisi kan anaknya secara genetik tentang kelemahan mental tersebut, ataupun genetik riwayat penyakit lain yang dimiliki keluarga.

Permasalahan childfree ini tidak hanya persoalan personal keluarga tapi juga persoalan masyarakat dan negara, dimana negara  harus mempunyai kebijakan untuk membantu keluarga-keluarga  yang memilih childfree untuk memberikan support sistem dan kebijakan lainnya yang membantu permasalahan yang timbul dan menjadi penyebab keluarga memilih childfree.

Maka negara Korea, Jepang dan juga beberapa negara lain di Eropa mengatasi permasalahan rendahnya angka kelahiran ini menawarkan bantuan dan kepada warganya yang sudah menikah untuk memiliki anak dan bersedia memiliki tiga anak.

Untuk masalah psikologis atau mental ini juga perlu sangat diperhatikan, karena banyak orang yang menggampangkan depresi pasca melahirkan padahal ini banyak terjadi pada ibu-ibu yang baru melahirkan.

Perlu adanya konseling untuk keluarga-keluarga yang memilih childfree karena ketidaksiapan secara mental atau psikologis, dan perlunya ada support sistem yang tersedia dimana-mana dan mudah dihubungi untuk masalah ini.

Saya bukan penganut paham childfree karena bagi saya menjadi orang tua itu merupakan anugerah dan kebahagiaan tetapi saya tidak menghakimi dengan menganggap egois, orang yang memilih childfree karena alasan-alasan diatas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun