Mohon tunggu...
Ida S
Ida S Mohon Tunggu... Freelancer - Joyful

Soshite Ikiru

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memutuskan Childfree, Apakah Berarti Egois?

31 Agustus 2021   12:32 Diperbarui: 1 September 2021   11:16 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang ibu yang mengetahui ternyata dia sedang hamil dan juga baru mengetahui suaminya ternyata adalah seorang pembunuh menghadapi dilema harus menggugurkan kandungannya atau melahirkan saja anak yang mempunyai genetika seorang psikopat.

Ibu ini akhirnya memilih melahirkan anaknya dan sang anak dari kecil sudah memiliki perilaku yang kejam dan tidak empati memilih untuk tidak dilahirkan daripada menjadi seorang monster.

Ini mungkin hanya drama, tetapi dalam kenyataannya banyak anak-anak ketika dewasanya benar-benar menjadi monster entah itu pembunuh seperti psikopat atau teroris dan lainnya sebagainya yang jelas menjadi momok menakutkan ditengah masyarakat.

Banyak anak-anak juga ketika mengalami masalah berat dalam keluarga atau masalah dalam dirinya seringkali menyerang orang tua dengan berkata: "Aku tidak meminta untuk dilahirkan ke dunia ini".

Jadi ketika ramai tentang keluarga yang mulai banyak menganut paham childfree yaitu keputusan tidak mempunyai anak, banyak orang yang berstigma negatif tentang mereka, mungkin ada yang menganggap egois, atau orang tua yang tidak mau memikul tanggungjawab dan hanya ingin bersenang-senang saja, ada yang menganggap aneh ataupun bodoh.

Padahal setiap orang yang memilih childfree itu berbeda-beda alasannya seperti: faktor ekonomi dan jam kerja yang tinggi.

Dikutip dari kompas.com, Rata-rata sebanyak 4 dari 10 pengantin baru di Korea Selatan tidak memiliki anak pada 2019, mencerminkan tren sosial yang berkembang untuk menunda pernikahan dan tidak memiliki bayi, menurut data kantor statistik negara itu pada Kamis (10/12/2020).

Dari 998.365 pasangan pengantin baru yang menikah untuk pertama kali dan telah menikah secara resmi selama lima tahun hingga 1 November 2019, 42,5 persen di antaranya tidak memiliki anak, menurut Statistics Korea.

Meningkatnya jumlah generasi muda di Korea Selatan yang menunda pernikahan atau tidak ingin menikah dan memiliki bayi, disebabkan oleh kesulitan ekonomi dan harga rumah yang lebih tinggi, yang mengakibatkan angka kelahiran sangat rendah.

Dikutip dari Japanesestation.com, Bahwa angka kelahiran Jepang yang rendah mungkin disebabkan karena sangat sedikitnya kesepatan karir bagus bagi pemuda-pemuda Jepang, terutama laki-laki yang bisa dibilang sebagai tonggak ekonomi Jepang. 

Di negara yang masih menganut paham bahwa laki-laki harus menjadi tulang punggung utama keluarga, sementara pekerjaan dengan gaji mumpuni masih sulit ditemukan inilah yang menyebabkan kelompok pria yang tidak berminat untuk menikah dan memiliki anak karena ia dan pasangannya tahu bahwa mereka tidak mampu membiayai anak mereka kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun