Setiap orang seperti menjadi para ahli dan menjadi guru yang bisa mengatasi masalah orang lain dan bahkan merasa lebih tahu dari orang bersangkutan.
Mungkin maksud mereka bagus untuk berbagi ilmu tapi ternyata apa yang mereka lakukan itu justru berdampak negatif karena justru menghakimi dan menjatuhkan mental orang lain.
Beberapa waktu lalu, ada seorang teman yang mengalami keguguran, dan teman saya itu memerlukan beberapa waktu untuk menata kesedihannya.
Banyak orang yang mengalami keguguran tetapi reaksinya bermacam-macam, ada orang yang merasakan kesedihan hanya sebentar, dan ada orang merasakan kesedihan dengan waktu yang cukup lama.
Teman saya yang keguguran ini sudah mempunyai dua orang anak, jadi ketika dia memerlukan beberapa waktu untuk mengatasi kesedihannya ternyata banyak orang yang menggampangkannya dengan berkata: ikhlaskan saja apa yang sudah pergi, dan juga kau masih muda bisa mendapatkan anak lagi."
Atau ada yang berkata: "Sabar, masih bersyukur kau sudah punya dua anak, bagaimana orang yang keguguran dan belum punya anak, kau masih lebih beruntung.'
Teman saya yang sedih berkata: " Pasrah, ikhlas itu mudah untuk diucapkan tapi ketika direalisasikan sangat sulit.
Hanya karena banyak orang yang mengalami keguguran tidak larut dalam kesedihan mendalam bukan berarti semua orang yang mengalami keguguran memiliki emosi yang sama sehingga setiap orang memerlukan waktu yang berbeda-beda dalam mengatasi kesedihan.
Ketika ada orang yang lebih lama memerlukan waktu untuk berduka atau bersedih bukan berarti orang tersebut lemah ataupun orang tersebut berlebihan.
Tetapi pada saat itu mereka memang sedang merasakan kesedihan yang mendalam, dan saat ada orang yang berkata positif dengan bermaksud menguatkan justru sebaliknya malah menghakimi dan mengampangkan dan tidak empati terhadap kesedihan orang lain maka hal tersebut membuat hati orang yang sedih merasa marah bukan terhibur.
Banyak wanita single yang cukup umur sering menghadapi nasehat toxic positivity dari orang lain seperti: 'Sabar, semua indah pada waktunya," jangan memilih-milih nanti tidak nikah-nikah, tidak apa pengangguran karena sudah menikah pasti ada rezeki untuk isteri dan anak."