Mohon tunggu...
Ida S
Ida S Mohon Tunggu... Administrasi - Joyful

Youtube: https://www.youtube.com/channel/UC_VcRcUxjRCthjILM9AmNAA/ my blog: https://agrace2011.blogspot.com/ https://mywishes09.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Kisah Pohon Mangga

19 November 2018   13:19 Diperbarui: 19 November 2018   16:57 2060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sebuah biji buah mangga yang dilempar orang, tanah tempat biji itu dilempar adalah tanah subur sehingga tunas-tunas hijau mulai keluar dari biji tersebut. Ketika melihat dunia pertama kali, tunas mangga begitu senang dan berharap akan menjadi pohon kokoh ber buah lebat yang buahnya besar-besar dan manis.

Tunas mangga pun bertumbuh menjadi pohon yang sehat tanpa ada hama apapun yang melekat pada pohon dan daunnya  Daunnya yang rindang pun menarik para burung betah untuk bertengger di dahannya. 

Pohon mangga belum pernah melihat temannya yang sejenis di tanah itu sehingga pohon mangga merasa dialah pohon mangga yang paling hebat sampai suatu saat ada seorang burung yang merasa terganggu dengan ucapan bangga pohon mangga tersebut.

"Kamu akan sangat lama baru bisa berbuah," kata burung kepada pohon mangga.

"Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu?" tanya pohon mangga biji dengan penasaran.

"Karena kamu berasal dari biji bukan cangkokan," jawab  burung singkat.

"Apa itu cangkokan?" tanya pohon mangga biji dengan rasa ingin tahu karena baru  kali ini dia mendengar kata cangkokan.

"Memisahkan batang  dari pohonnya untuk langsung di tanam tapi batang yang diambil tersebut telah lebih dulu ditumbuhkan akarnya pada saat masih di pohon." Jelas burung panjang.

Dan juga jika pohon yang berasal dari biji memiliki resiko buah nya asam dan resiko tidak bisa berbuah," lanjut burung.

"Benarkah?" ujar pohon mangga terkejut.

"Kenapa bisa seperti itu?" tanya pohon mangga biji lagi dengan nada tidak percaya.

"Karena kau berasal dari biji, kau tidak tahu bijimu itu merupakan keturunan pohon mangga yang  jenisnya baik atau tidak."

Walaupun perkataan burung itu sedikit membuat pohon mangga terpengaruh tapi dia masih tidak percaya dengan ucapan burung. Sampai suatu hari di tanah sebelah, tumbulah beberapa pohon mangga  cangkokan yang di tanam pemiliknya. 

Hanya membutukan waktu beberapa tahun saja  untuk  pohon mangga cangkokan itu bisa berbuah dan pohon-pohon mangga itu berbuah dengan sangat lebat dan buahnya besar-besar juga manis sekali.

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Sementara pohon yang berasal dari biji masih belum berbuah, padahal pohonnya lebih tinggi dan daunnya lebih lebat dari pohon cangkokan. Pohon mangga merasa sedih dan teringat perkataan burung dan pohon mangga mulai diserang ketakutan bagaimana kalau nanti dirinya tidak bisa berbuah? ataupun jika berbuah, buahnya teryata asam. Pohon mangga biji tidak lagi bangga dengan dirinya seperti awal dulu,

Selain terbebani dengan pikirannya sendiri, pohon mangga biji juga sering disindir oleh pohon mangga cangkokan karena sejak pohon mangga cangkokan berbuah lebat dan buahnya besar-besar serta manis, pohon mangga cangkokan menjadi bangga dan mulai sombong, mereka sering menyindir pohon mangga biji yang masih belum berbuah..

"Manusia sering bilang kita adalah bibit unggul karena kita merupakan keturunan dari pohon mangga yang jenisnya unggul, tidak seperti pohon mangga biji yang tidak jelas asal usulnya." Ujar pohon mangga cangkokan satu kepada teman-temannya yang lain.

"Kalau dilihat sampai sekarang pohon mangga biji masih belum bebuah, kemungkinan besar, dia keturunan dari pohon mangga yang buruk," kata pohon mangga dua sambil memandang pohon mangga biji dengan senyum mengejek.

"Kamu jangan berkata seperti itu karena bisa membuat pohon mangga biji bersedih. Kata pohon mangga tiga pura-pura empati,"

"Bisa saja pohon mangga biji justru berbuat  dan buahnya lebih lebat dari kita nantinya, tapi pasti buah nya sangat asam," lanjut pohon  mangga tiga sambil tertawa keras dan teman-teman lainnya ikut tertawa.

"Kalau aku jadi pohon mangga biji daripada tidak berbuah ataupun buahku asam, lebih baik aku tidak usah pernah tumbuh jadi pohon mangga," kata pohon mangga satu lagi.

"Aku juga begitu," kata teman-temannya yang lain serempak.

Sedih sekali hati pohon mangga  mendengar sindirian itu. Pohon mangga biji pun berdoa kepada langit.

"Jika memang aku harus tumbuh menjadi pohon mangga berikan aku kesempatan untuk bisa merasakan menjadi pohon mangga yang seutuhnya, dimana aku bisa berbuah lebat dan buahku besar-besar serta manis sehingga dapat dinikmati manusia.  Menjadi pohon  hijau yang dapat memberikan oksigen dan udara segar bagi lingkungan dan juga untuk bertengger para burung memang sudah sangat baik, tapi dengan berbuah yang manis maka lengkaplah hakikatku menjadi sebuah pohon mangga yang semestinya." Doa pohon mangga dalam hati.

Tiap hari pohon mangga berdoa dalam hati dan berharap langit mendengar dan tanah meresponnya.  Akhirnya doa pohon mangga biji terjawab, pohon mangga berbiji berbuat dengan sangat lebat dan buahnya besar-besar juga manis.

Pohon mangga cangkokan pun terdiam dan menjadi malu hati dan juga sedikit iri dan mereka pun mulai banyak mengeluh.

Ketika hujan datang disertai angin lebat, dahan-dahan pohon mangga cangkokan banyak yang patah dan pasti mereka mengeluh.

"Aduh sakit sekali badanku, manusia memang enak cuma bisa menikmati buah kita tapi yang merasakan sengsara kita," kata pohon mangga satu kepada teman-temannya yang lain,

"Benar sekali, selain kadang-kadang dahan kita patah, hama yang menyerang daun-daunku juga begitu gatal dan membuat pohonku jadi kurang sehat," kata pohon mangga dua.

"Apalagi ketika manusia mulai mencangkok pohon kita, rasanya sakit sekali. Manusia memang egois, mereka sudah berjaga-jaga kalau kita tidak bisa berbuah lagi, mereka akan menebang kita dan mengganti kita dengan hasil cangkokan dari pohon kita." Ujar pohon mangga tiga dengan marah.

"Seharusnya memang kita tidak usah tumbuh menjadi pohon mangga." Kata pohon mangga satu.

"Benar sekali, atau kalau kita tetap tumbuh jadi pohon mangga seharusnya kita tidak usah berbuah." Kata pohon mangga dua.

"Kamu harusnya senang pohon mangga biji waktu kamu tidak berbuah, tapi kamu malah memilih berdoa untuk berbuah. Kamu memang benar-benar bodoh!"  Kata pohon mangga tiga.

"Benar sekali," sahut teman-temannya yang lain.

"Sekarang karena kamu sudah berbuah, kamu akan merasakan sakit sama seperti kami, dan kamu pun pasti akhirnya akan ditebang oleh manusia, atau kalau tidak pohonmu tumbang karena angin." Kata pohon mangga satu.

"Aku berasal dari biji jadi akar-akarku lebih kuat dan dalam sehingga dahanku tidak mudah patah kalau ada angin besar atau banjir dan pohonku cukup kokoh kalau diterjang angin jadi sangat sulit untuk tumbang," Pohon Mangga Biji yakin.

"Sekalipun pada akhirnya aku mungkin juga akan di tebang oleh manusia ataupun pohonku tumbang oleh angin karena pohonku telah tua, aku tidak pernah menyesal karena memilih untuk berbuah." kata pohon mangga biji lagi.

"Bukankah hakikat pohon mangga adalah tumbuh menjadi pohon dan menghasilkan buah mangga yang manis yang bisa dinikmati manusia?" tanya pohon mangga biji kepada pohon-pohon mangga cangkokan..

"Kamu memang pohon mangga yang aneh dan bodoh." Kata pohon mangga cangkokan.

"Mungkin aku bodoh tapi setidaknya dalam kebodohanku menurut kalian, aku tetap bermanfaat bagi manusia, lingkungan dan makhluk hidup lainnya." kata pohon mangga biji lembut,

Sejak percakapan itu pohon-pohon mangga tidak mau mengobrol lagi dengan pohon mangga biji, dan sekalipun pohon mangga biji mengajak ngobrol mereka tidak gubris. Pohon mangga cangkokan hari demi hari, kerja nya hanya mengeluh. 

Sampai suatu hari karena hujan yang sangat lebat dan angin sangat besar, pohon-pohon mangga cangkokan ada yang tumbang dan yang tidak tumbang akhirnya  ditebang oleh pemiliknya karena tidak lagi berbuah.

Maka sedihlah hati pohon mangga biji kehilangan pohon-pohon mangga cangkokan, sekalipun pohon-pohon mangga cangkokan tak pernah ramah dengan dirinya,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun