Mohon tunggu...
Ida Riyani
Ida Riyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 20107030116

Masih labil, suka berubah-ubah

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Meski Pandemi, Usaha Ini Tidak Terlalu Terdampak

29 Juni 2021   20:36 Diperbarui: 29 Juni 2021   21:30 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Toko kayu yang tidak memiliki nama ini, merupakan sebuah usaha yang dimulai oleh Amandri, pria kelahiran Wonosobo 1971. Berlokasi di desa Jonggolsari, Kecamatan Leksono, Kabupaten Wonosobo. "Toko ini memang tidak memiliki nama, awalnya saya tidak memiliki ide untuk membangun usaha, namun karena tanggung jawab yang saya miliki, untuk menafkahi keluarga dan biaya sekolah anak, terciptalah usaha kayu ini" tutur Pak Amandri, pemilik UMKM.

Sebelum merintis usaha toko kayu, Amandri mencari pundi-pundi rupiah lewat berkebun. Ia memiliki tanah yang tidak terlalu luas di daerah Wonosobo, tanah yang ia miliki ditanami buah-buahan seperti salak, durian, alpukat, nanas dan juga rambutan. Serta pak Amandri juga memiliki hobi kecil-kecilan berupa membeli sapi dan kambing untuk dirawat, setelah besar dijual saat idul adha. Pada tahun 1996 hingga 2000, pak Amandri penah kerja di Kalimantan, namun pada tahun 2001 pak Amandri memilih kembali lagi hidup di Wonosobo.

Untuk bisa membawa 3 anak perempuannya kependidikan yang lebih tinggi. Pak Amandri sadar harus memiliki tambahan untuk menjadi ladang rezekinya. “Dengan tanggung jawab yang saya miliki, saya harus berputar otak untuk memberi rezeki keluarga dengan cara halal, saya akhirnya menemukan ide, yaitu membangun usaha kayu, dimana kayu sangat dibutuhkan oleh beberapa sektor, itu menjadikan sebuah peluang bagi saya untuk membangun usaha ini” tutur Amandri.

Lanjut Amandri menjelaskan sejarah berdirinya usaha kayu, yang ia miliki “sejak 2013 saya mulai merintis usaha kayu, dengan bermodal uang yang tak begitu banyak dan minim pengetahuan tentang bidang kayu, saya terus belajar dari pengalaman tahun ketahun”

Usaha yang dibangun oleh Amandri ini, merupakan toko yang menjual berbagai jenis dan ukuran kayu. Kayu yang dijual disini adalah kayu yang biasanya digunakan sebagai 

bahan bangunan dan bahan dasar perabotan rumah. "Ada berbagai jenis dan ukuran kayu disini, walaupun tidak sekomplit toko kayu bangunan besar, saya hanya menjual berbagai kayu yang biasa digunakan dan dibutuhkan orang-orang. Karena menurut saya akan lebih baik jika uang nya dialokasikan untuk kayu yang pasti laku, karena untuk modal usaha kayu ini tidak sedikit” ujarnya.

dokpri
dokpri

"Dulu pas awal-awal kayunya belum sebanyak sekarang, modalnya masih sedikit. Kalo sekarang ya alhamdulillah sudah lumayan komplit daripada dulu" lanjutnya.

Ketika ditanyai seputar “Dari mana Pak Amandri memperoleh kayu, yang kemudian bapak jual?” Amandri menjelaskan dengan senang hati “Awal saya merintis usaha ini, saya benar-benar minim pengetahuan dan kenalan, jadi saya harus berupaya dengan pantang semangat untuk mencari kayu-kayu yang kemudian saya jual, namun seiring berjalannya tahun, sekarang saya tidak perlu mencari-cari kayu lagi, karena pasti ada orang yang menawarkan kayunya untuk saya beli, tetapi kadang saya masih mencari kayu apabila itu pesanan dan merupakan kayu yang langka” tutur Pak Amandri.

“Disini hanya menyediakan beberapa kayu saja, mulai dari kayu glugu, kayu mahoni, kayu nyatoh, kayu cendana, kayu ulin, kayu meranti serta kayu jati, dan masih banyak jenisnya, serta ada juga kayu yang sudah diolah seperti kayu usuk, kayu balok, kayu reng, kusen jendela dan pintu yang sudah siap selalu ada, bagi pembeli yang ingin membeli kayu namun disini tidak tersedia, boleh memesan dahulu dari jauh-jauh hari, karena beberapa jenis kayu itu sulit untuk didapatkan" jelas Pak Amandri.

Pengelolaan usaha ini dibantu oleh istrinya yang merupakan seorang ibu rumah tangga, ia juga mengatakan bahwa awalnya ia tidak mempunyai ide usaha tersebut, ia hanya memanfaatkan sumber daya yang dipunyai dan memanfaatkan bangunan setengah jadi yang awalnya akan dibangun menjadi rumah.

Tempatnya yang berlokasi disebuah desa terpencil dan jauh dari kota, membuat usaha Pak Amandri ini tidak mempunyai banyak kompetitor pesaing. "Awal usaha ini saya bangun karena disini kalo mau beli kayu bangunan susah dan itu pun jauh, kadang kalo mau buat rumah harus bikin kayu bangunan sendiri, itu juga termasuk peluang yang saya dapatkan ketika bingung ingin membangun usaha apa, jadi ya saya coba niati saja jual kayu bangunan, biar orang-orang kalo mau beli tidak perlu jauh-jauh lagi" ujarnya.

dokpri
dokpri

"Saya selalu yakin, kalau porsi rezeki tiap-tiap orang itu sudah diatur oleh Tuhan, tetapi bagi saya itu tetap diimbangi oleh kerja keras serta ketekunan untuk mempertahan kan usaha yang saya miliki ini, saya juga sangat menjaga dari dahulu tentang kualitas kayu, karena kepuasan pelanggan merupakan kepuasan saya, memiliki usaha juga harus amanah dan tidak usah meraup terlalu banyak keuntungan disetiap orang beli, yang penting pelanggan puas dan tidak kapok" tutur Pak Amandri saat menjelaskan kiat-kiatnya.

Delapan tahun sudah ia menjalankan usahanya tersebut, tentu saja dalam waktu delapan tahun ini banyak jatuh bangun yang sudah beliau lewati. Ia mengaku bahwa ia kadang kerepotan dalam mengatur usahanya tersebut, karena ia hanya menjalankan usaha sendiri dan istrinya hanya membantu ketika transaksi penjualan saja.

Aktivitas yang mengharuskan ia untuk sering keluar rumah pada siang hari membuat terkadang tidak ada orang ketika pembeli datang. "Kalo siang kadang saya harus ngurus tanah atau pergi ke pasar hewan, dan kalo istri sedang pergi, tidak ada yang bisa mengurusi pembeli. Anak saya kurang paham dengan harga dan jenis kayu, jadi kadang suka kerepotan" lanjut Pak Amandri.

Ia mengatakan “bahwa ketika awal pandemi, omset yang didapatkan menurun dibandingkan sebelum pandemi. Warga yang dipaksa agar tetap dirumah saja membuat sebagian pembangunan terhenti seketika, hal ini juga berdampak kepada penjualan toko kayu bangunan. Tetapi seiring berjalannya waktu, omzet mulai membaik. Tetapi hingga bulan juni 2021, harga kayu belum kembali normal seperti sebelum pandemi covid-19” tutup Pak Amandri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun