Pengelolaan usaha ini dibantu oleh istrinya yang merupakan seorang ibu rumah tangga, ia juga mengatakan bahwa awalnya ia tidak mempunyai ide usaha tersebut, ia hanya memanfaatkan sumber daya yang dipunyai dan memanfaatkan bangunan setengah jadi yang awalnya akan dibangun menjadi rumah.
Tempatnya yang berlokasi disebuah desa terpencil dan jauh dari kota, membuat usaha Pak Amandri ini tidak mempunyai banyak kompetitor pesaing. "Awal usaha ini saya bangun karena disini kalo mau beli kayu bangunan susah dan itu pun jauh, kadang kalo mau buat rumah harus bikin kayu bangunan sendiri, itu juga termasuk peluang yang saya dapatkan ketika bingung ingin membangun usaha apa, jadi ya saya coba niati saja jual kayu bangunan, biar orang-orang kalo mau beli tidak perlu jauh-jauh lagi" ujarnya.
"Saya selalu yakin, kalau porsi rezeki tiap-tiap orang itu sudah diatur oleh Tuhan, tetapi bagi saya itu tetap diimbangi oleh kerja keras serta ketekunan untuk mempertahan kan usaha yang saya miliki ini, saya juga sangat menjaga dari dahulu tentang kualitas kayu, karena kepuasan pelanggan merupakan kepuasan saya, memiliki usaha juga harus amanah dan tidak usah meraup terlalu banyak keuntungan disetiap orang beli, yang penting pelanggan puas dan tidak kapok" tutur Pak Amandri saat menjelaskan kiat-kiatnya.
Delapan tahun sudah ia menjalankan usahanya tersebut, tentu saja dalam waktu delapan tahun ini banyak jatuh bangun yang sudah beliau lewati. Ia mengaku bahwa ia kadang kerepotan dalam mengatur usahanya tersebut, karena ia hanya menjalankan usaha sendiri dan istrinya hanya membantu ketika transaksi penjualan saja.
Aktivitas yang mengharuskan ia untuk sering keluar rumah pada siang hari membuat terkadang tidak ada orang ketika pembeli datang. "Kalo siang kadang saya harus ngurus tanah atau pergi ke pasar hewan, dan kalo istri sedang pergi, tidak ada yang bisa mengurusi pembeli. Anak saya kurang paham dengan harga dan jenis kayu, jadi kadang suka kerepotan" lanjut Pak Amandri.
Ia mengatakan “bahwa ketika awal pandemi, omset yang didapatkan menurun dibandingkan sebelum pandemi. Warga yang dipaksa agar tetap dirumah saja membuat sebagian pembangunan terhenti seketika, hal ini juga berdampak kepada penjualan toko kayu bangunan. Tetapi seiring berjalannya waktu, omzet mulai membaik. Tetapi hingga bulan juni 2021, harga kayu belum kembali normal seperti sebelum pandemi covid-19” tutup Pak Amandri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H