Mohon tunggu...
Ida Riyani
Ida Riyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 20107030116

Masih labil, suka berubah-ubah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Beauty Standards Begitu Lucu

15 Juni 2021   15:59 Diperbarui: 15 Juni 2021   16:04 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan disertasinya Britain Ashley Scott dari University of Minnesota (1997) tentang mitos kecantikan, ia membuat 4 karakteristik dari kecantikan atau beauty itu sendiri :

Pertama, kecantikan itu pada dasarnya feminim.

Kedua, kecantikan adalah aspek terpenting dari seorang perempuan.

Ketiga, kecantikan itu sifatnya imperative untuk membuat perempuan. Artinya perempuan diekspektasikan atau diharuskan terlihat cantik.

Keempat, untuk mencapai kecantikan tersebut perempuan harus mengubah fisiknya karena secara natural tubuh perempuan itu tidak cantik. Kenapa? Karena beauty ideal yang selama ini ada di masyarakat itu nggak ada yang realistis.

Misalnya perempuan cantik itu harus tinggi, pinggangnya harus kecil, kulitnya putih mulus, alis on point pokoknya kayak cewek-cewek di photoshop. Sementara perempuan yang normal mostly tidak seperti itu, dan akhirnya yang bisa mereka lakukan untuk mencapai kategori cantik adalah memodifikasi tubuh mereka, entah dengan cara pakai make up, diet bahkan operasi plastik.

Pokoknya semua dilakuin supaya si perempuan bisa cantik, bisa mencapai standar kecantikan yang ada dan karena beauty standards ini memang gak pernah merepresentasikan tubuh perempuan pada umumnya maka dari itu walaupun udah usaha kaya apapun juga perempuan akan selalu gagal untuk mencapai standar tersebut.

Sebenarnya hal ini sudah tidak mengherankan, beauty ideal sudah ditanam sejak kecil misalnya zaman dulu kalau kita baca dongeng pemeran protagonisnya atau yang baiknya itu biasanya orang-orang yang cantik terus princess princess di cerita anak-anak itu perempuan perempuannya cantik, terus boneka barbie yang suka dimainin anak kecil juga badannya kurus, proposi tubuhnya sebenernya enggak manusiawi banget tapi badan seperti itulah yang ditanamkan ke kita sejak kita kecil.

Akhirnya bahkan anak kecil pun di zaman sekarang udah punya masalah dengan persepsi tubuh, anak umur 7 tahun bahkan udah ada yang bisa ikut diet. Dalam konteks Indonesia negara ini cukup unik, beauty ideal yang ada di masyarakat kita dipengaruhi oleh berbagai kultur, seperti India, China, Arab juga negara-negara lain yang sempat singgah ke Indonesia. Kalau kata L. Ayu Saraswati ini transnasional, tapi secara general kita sama-sama sepakat bahwa kalau berbicara soal kecantikan masyarakat kita itu biasanya menitikberatkan pada warna kulit yang putih.

Sebenarnya preferensi masyarakat Indonesia terhadap kulit putih itu udah ada jauh sebelum kolonialisme, dari zaman kuno orang-orang kita udah ada bias sama warna kulit. Standar kecantikan Indonesia itu biasanya cuma berkutat di kota-kota besar seperti di Jawa atau Sumatera. Informasi soal beauty ideal di Indonesia Timur itu kurang banget

Di zaman sekarang salah satunya lewat media sosial, konsep kecantikan perlahan-lahan bisa di dekonstruksi. Dengan banyak perempuan yang dianggap tidak memenuhi standart kecantikan yang mempergunakan suaranya dan menuntut keberagaman, dengan makin banyaknya figur-figur yang tidak takut kalo mereka terlihat tidak sempurna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun