Dari kuda-kuda aja udah keliatan yang menang kan? :p
Stan terakhir yang kami singgahi adalah stan PN. Timah. Perusahaan negara yang menguasai pertambangan timah di hampir semua wilayah Indonesia. Kalo anda berkunjung ke Karimun, bekas-bekas galian timah masih bersisa hingga saat ini. Yang dulunya berupa gunung, sekarang jadi lubang-lubang danau yang luas. Karimun dibom habis-habisan. Kekayaannya diangkut ke Jakarta. Exploitasi?jelas!, karena alih-alih meninggalkan jejak kemakmuran bagi masyarakat Karimun, perusahaan ini malah ninggalin lubang-lubang danau segede gaban. Again, Indonesian resources curse.
Setelah beberapa stan lagi, kami pun memutuskan pulang.
Ketika melewati taman bunga, saya melihat panggung yang biasa dibuat konser geje nampak menarik. Saya baca : Dangkong Dance Festival. Dilihat lebih dekat, ternyata itu adalah festival tarian Melayu!!. Waaaah, Ini baru hiburan pikir saya. Terakhir saya melihat tarian tradisional Indonesia sekitar tahun lalu di resepsi seorang kawan. Tari piring Minang. Indah sekali. Saya berdecak kagum dikala alunan musik Minang bisa beresonansi dengan gerakan rancak dari penari. Rancak Bana!
Kembali ke laptop. Tentang festival tari Melayu ini, saya datang disaat mendekati penutupan. Waktu itu tim dari Singapura yang tampil. Entah apa nama tarinya, tapi yang pasti, ketika para penari ini mulai beraksi, badan saya ikut menari secara otomatis. Inilah kekuatan mistis alunan nada. Apalagi nada gembira lagu Melayu, kagak nahaaaan :D
Setelah team ini selesai, saya sempat kecewa karena baru liat satu team, eh bubar. Tapi, secara tidak diduga, acara tarinya dilanjutkan!, kali ini dengan seluruh team peserta festival. Daaan, wuaaah! luar biasa, acara ini adalah acara paling spektakuler yang pernah saya ikuti sampai saat ini. Kemasannya mungkin sederhana, tapi aura semangat dan kebahagiaan benar-benar mendominasi saat itu.