Mohon tunggu...
Maria Friday
Maria Friday Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Atma Jaya Yogyakarta

Mahasiswa yang sedang berusaha menjadi sukses.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Ketika Isu Feminisme Hadir dalam Sosok "Wonder Woman" dan "Captain Marvel"

15 Desember 2020   10:45 Diperbarui: 15 Desember 2020   10:47 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adapun beberapa aliran feminisme menurut Rosemarie Putnam Tong, yakni feminisme liberal, feminisme radikal, feminisme marxis, feminisme sosialis, feminisme eksistensial, feminisme psikoanalisis, feminisme postmodern, feminisme multikultural, dan feminisme ekofeminisme.

Analisis ini menggunakan metode analisis teks, yaitu secara tekstual dan intertekstual. Tekstual mengkaji berbagai unsur yang berada dalam film. Sedangkan intertekstual mengkaji dengan unsur di luar film.

Pada analisis penulis akan membandingkan dua film dengan tema pahlawan yang mengangkat isu feminisme, yakni film Wonder Woman (2017) dan Captain Marvel (2019).

Sisi Feminisme Eksistensialisme Dalam Wonder Woman (2019)

Wonder Woman adalah film yang dirilis tahun 2017 oleh Warner Bross Pictures dengan mengangkat sosok pahlawan super perempuan dari DC Comics.

Film Wonder Woman mengangkat aliran feminisme eksistensialisme. Feminisme eksistensialisme merupakan aliran feminisme yang mendukung kebebasan perempuan dalam memaknai eksistensinya.

Feminisme eksistensialisme melihat bahwa laki-laki selalu menjadi subjek (the self) yang dominan, sedangkan perempuan kerap menjadi objek (the other), sehingga membuat perempuan tertindas.

Oleh karena itu perempuan dapat menunjukkan eksistensinya dengan memiliki pekerjaan atau menjadi kaum intelektual, sehingga dapat menjadi sosok independent.

Sisi feminisme eksistensial ditunjukkan pada adegan yang menyorot suku asli Diana atau Wonder Woman yang berasal bangsa Amazon dari Themyscira.  Bangsa Amazon hanya terdiri dari kaum perempuan tangguh yang menjadi prajurit, di mana mereka pandai menggunakan senjata.

(sumber: militaryspousebook.com)
(sumber: militaryspousebook.com)

Adegan tersebut berusaha menunjukkan bentuk eksistensi perempuan yang mampu berdiri sendiri tanpa bergantung pada laki -- laki. Tidak hanya itu, lewat cuplikan adegan bangsa Amazon, sutradara ingin menyampaikan bahwa perempuan dapat menjadi "subjek" dan setara dengan laki -- laki.

Adapun adegan lain yang mendukung feminisme eksistensialisme yaitu pada saat Diana menunjukkan kemampuannya sebagai kaum intelektual, di mana dia memiliki kecerdasan dan kemampuan berbahasa yang fasih, misalnya Mandarin dan Yunani.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun