Tidak hanya itu, film Her mengangkat latar tempat Los Angeles bagian dari Amerika Serikat yang mana merupakan negara yang lekat dengan budaya individualisme.
Kedua, adanya budaya feminin yang tampak dari cara karakter Theodore yang mampu memandang perempuan. Hal ini ditunjukan dalam adegan ketika, game yang dimainkan berbicara bahwa “perempuan hanya bisa menangis”, namun Theodore justru berpendapat bahwa hal tersebut wajar dan perempuan tidak lemah karena menangis.
Selain itu, Theodore menunjukkan rasa pedulinya terhadap wanita seperti dalam adegan ketika dia berusaha memahami perasaan Amy sahabatnya yang cerai dengan pasangannya.
Ketiga, budaya orientasi jangka pendek yang terlihat dari adegan saat Theodore kehilangan sosok Samantha. Theodore awalnya sangat terjebak pada masa lalunya, dan kemudian mulai memperhatikan kehidupan di masa kini karena hadirnya Samantha.
Namun ketika sistem operasi Samantha menghilang, Theodore merasa begitu sedih dan belum siap untuk melanjutkan kehidupan di masa depan sendiri dan sulit mengikuti perubahan.
Film Her menawarkan visual yang mengagumkan dan cerita yang begitu unik. Film ini sangat mengesankan, sehingga patut masuk ke dalam daftar film akhir pekan anda!
Daftar Pustaka
Armia, C. (2002). PENGARUH BUDAYA TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI: Dimensi Budaya Hofstede. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia Vol. 6 NO. 1, , 108.
Rorong, M. J. (2020). Fenomenologi. Yogyakarta: Deepublish.
Sodik, A., & Putri, R. R. (2019). Pengaruh Budaya Terhadap Desain Web Menggunakan Pendekatan Hofstede. INTEGER: Journal of Information Technology, Vol 4, No 2., 3.